Tabloid-nakita.com – Langsung saja, berikut ini lanjutan dari kiat mengatasi temper tantrum. Dimulai dari:
* Bicarakan kemarahan anak setelahnya. Setelah badai menghilang, duduklah di samping anak Mama dan ajak ia bicara soal apa yang tadi terjadi. Diskusikan tantrum dalam istilah yang sangat sederhana dan cobalah untuk memahami rasa frustrasi si kecil. Bantu ia mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, seperti, “Kamu sangat marah karena makananmu tidak sesuai dengan yang kau pesan.” Biarkan ia melihat bahwa setelah mengekspresikan dirinya lewat kata-kata, dia akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Setelah itu katakan sambil tersenyum, “Mama minta maaf karena tadi Mama tidak mengerti apa yang kamu rasakan. Nah sekarang setelah kamu tidak menjerit lagi, Mama bisa mengerti dengan baik apa yang kamu inginkan.”
* Biarkan si kecil tahu kalau Mama menyayanginya. Setelah anak Mama tenang dan Mama punya kesempatan untuk berbicara dengannya soal tantrumnya, berikan ia pelukan singkat dan katakan kepadanya bahwa Mama menyayanginya. Penting untuk memberikan hadiah atas perilaku yang baik, termasuk anak Mama yang berhasil menenangkan diri dan berbicara soal apa yang ia rasakan kepada Mama.
* Cobalah untuk memprediksi situasi yang bisa memancing tantrum si kecil. Ingat-ingatlah situasi mana yang membuat anak Mama tantrum dan buatlah rencana untuk menghindarinya. Jika ia merasa marah saat lapar, bawalah camilan untuknya. Jika dia jadi jengkel di petang hari, selesaikan pekerjaan Mama di pagi hari. Jika ia mengalami kesulitan untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya, berikan ia peringatan lembut sebelum Mama memintanya melakukan aktivitas lain. Dengan mengingatkan sejumlah fakta bahwa Mama akan meninggalkan taman bermain atau duduk untuk makan malam (“Kita akan makan setelah kamu dan Papa selesai mendongeng”) ia akan punya kesempatan untuk menyesuaikan diri, alih-alih bereaksi. Jika Mama merasa tantrum akan segera muncul, cobalah untuk mengalihkan perhatian si kecil dengan berpindah lokasi, memberikan ia mainan, atau melakukan sesuatu yang tidak ia duga, seperti membuat wajah lucu atau menunjuk ke arah burung. Batita Mama akan menjadi semakin mandiri, jadi tawarkan ia pilihan kapan pun hal tersebut memungkinkan. Tak ada yang suka disuruh-suruh untuk melakukan sesuatu sepanjang waktu. Mengatakan, “Kamu suka jagung atau wortel?” daripada “Makan dong jagungnya!” akan membuat anak Mama merasa memiliki kontrol. Monitor seberapa sering Mama mengatakan “tidak”. Jika Mama mendapati bahwa Mama melakukan hal itu secara rutin, Mama mungkin sudah menanamkan sumber stres yang tidak perlu untuk Mama dan si kecil. Cobalah untuk lebih santai dan pilihlah pertarungan yang memang pantas dilakukan.
* Waspadalah terhadap gejala adanya rasa stres berlebihan. Meski tantrum harian adalah hal yang sangat wajar dalam kehidupan batita, Mama sebaiknya tetap waspada dan mencari sumber masalah yang mungkin menjadi penyebabnya. Apakah telah terjadi pergolakan di tengah keluarga? Apakah Mama dan Papa tengah menjalani masa yang super sibuk dan penuh gangguan? Apakah Mama dan Papa tengah tertekan, baik oleh pekerjaan atau hal lain? Semua hal tadi dapat mendorong terjadinya tantrum pada anak. Jika tantrum anak Mama terjadi terlalu sering atau terlalu intens (atau dia menyakiti dirinya sendiri atau orang lain), carilah bantuan. Di pemeriksaan rutin anak, dokter Mama akan mendiskusikan perkembangan dan tonggak-tonggak perkembangan si kecil. Gunakan kesempatan yang baik itu untuk membicarakan kekhawatiran Mama atas perilaku anak Mama, dan mereka akan membantu menangani setiap masalah fisik atau psikis yang tengah ia hadapi. Dokter Mama juga mungkin akan memberikan sejumlah saran dalam mengatasi ledakan amarah itu. Selain itu, hubungi dokter jika anak Mama mengalami breath-holding spell (keadaan menahan napas dan tidak bersuara dalam hitungan 5-10 detik, kemudian menangis keras lagi) saat ia marah yang membuat Mama merasa takut. Terdapat sejumlah bukti bahwa perilaku ini berkaitan dengan kurangnya zat besi pada anak.