Tabloid-nakita.com.- Banyak bertanya juga terkait dengan mengembangkan kemampuan bicaranya. Keingintahuan anak usia ini yang cukup tinggi juga membuatnya haus jawaban, jadilah ia memberondongkan pertanyaan.
Yang menarik, beda usia, karakter pertanyaannya juga berbeda. Anak-anak 12-18 bulan umumnya sudah bisa mengucapkan 1–2 kata. Kata tanya pertama yang digunakan mereka biasanya “apa”. Selain singkat, kata ini pun mudah diucapkan. Pertanyaannya berkutat pada ketertarikan anak terhadap nama-nama benda atau binatang di lingkungan sekitar. Ketika sudah bisa mengucapkan dua kata, si kecil pun mulai merangkainya menjadi seperti “Ini apa?” “Apa itu?” “Apa apa?” sambil menunjuk benda yang dimaksud.
Di usia 2-3 tahun, kosakata anak bertambah dan semakin mendorong pertanyaan mereka jadi lebih variatif. Kata tanyanya tidak hanya “apa”, tapi menjadi “di mana?”. Anak juga bisa memahami ketiadaan seseorang yang biasa dilihat. Misal, si kakak yang biasa bermain dengannya ternyata tidak ada di rumah. Anak pun akan bertanya, “Kakak mana?” “Kakak di mana?” atau jika ia merasa kehilangan mama atau papanya, ia pun akan mengutarakan pertanyaan sama. Biasanya anak akan bertanya sampai ia menemukan atau merasa puas dengan jawaban yang diberikan. Jika tak puas, anak biasanya akan terus bertanya, bahkan mungkin menangis, marah, ngambek, dan lainnya.
Semakin bertambah usianya, pertanyaan anak semakin kompleks. Di usia 3-4 tahun, anak sudah mengembangkan kata tanya, “mengapa” juga “bagaimana”. Yang paling penting, kita perlu merespons segala pertanyaannya dengan positif. Untuk itu, ada seni menjawab pertanyaan batita seperti saran berikut ini;
* Gunakan Bahasa Sederhana . Kemampuan batita dalam mencerna dan memahami bahasa masih terbatas. Karena itu, berikan jawaban sederhana dan lugas, hindari penjelasan panjang lebar apalagi disertai dengan kalimat-kalimat sulit. Saat anak menunjuk buah mangga dan bertanya, “Itu apa?”, jawab dengan singkat, “Itu buah mangga.” Hindari, “Itu namanya buah mangga, warnanya kuning, rasanya ada yang manis dan asam.” Jawaban yang terlalu banyak akan membuat anak bingung. Kecuali jika kita mengambil jeda dan anak terlihat paham dan masih ingin tahu, informasi mengenai mangga tadi bisa dilanjurkan. “Mangga enak lo. Kamu mau?” setelah jeda kita lanjutkan lagi, “Nanti kita beli ya!” dan seterusnya. * Beri Perhatian. Kesibukan terkadang membuat Mama Papa tidak fokus pada pertanyaan yang anak ajukan. Namun sungguh bijak bila kita bersedia menjawabnya dengan lebih serius. Hargailah pertanyaan anak dengan menoleh, menatap matanya, dan tersenyum. Bila perlu turunkan tubuh kita agar sejajar dengan anak, lalu jawablah pertanyaannya, “ini stoples!” Setelah jeda sejenak, lanjutkan jawabannya, “Stoples ini untuk menyimpan garam!” “Lihat, ini garamnya!” dan seterusnya. Selain anak merasa dihargai, ia pun tidak akan bosan bertanya dan bertanya lagi, sehingga banyak informasi yang didapatkannya. * Hindari Marah. Terkadang si batita memang cerewet, namun orangtua tetap tidak diperkenankan marah. Tetaplah menjawab sambil tersenyum. Dengan begitu kita tidak “membunuh” keingintahuan anak. Jika kesibukan kita tidak dapat ditunda, katakan pada anak bahwa kita akan menjawabnya nanti. “Mama lagi masak, habis ini Mama janji akan jawab pertanyaan Adek!” * Jangan Paksakan Jawaban. Tidak semua pertanyaan anak bisa kita jawab. Wajar, sebab tidak semua hal bisa kita ketahui dengan baik. Ketika kita tak bisa menjawab, jangan menjawab asal-asalan. Akui saja kalau kita tidak tahu, dan berjanjilah untuk mencari tahu dari sumber yang bisa dipercaya, seperti buku referensi atau situs-situs online yang bermutu. Dengan memberikan informasi yang tepat, anak akan mendapatkan pengetahuan yang benar. * Biarkan Anak Menemukan Jawaban Sendiri. Sesekali kita perlu membiarkan anak menemukan jawabannya sendiri. Ketika ia bertanya “Kakak mana?” biarkan ia mencari sendiri kakaknya. Mungkin ia akan mencari di kamar, di ruang tamu, di dapur, di teras, dan lainnya. Dengan usaha yang lebih keras, ia akan mendapatkan makna yang lebih kuat. Di kamar tidak ada, di dapur dan ruang tamu juga, ternyata kakak di teras. Ia pun merasa lebih puas ketika bertemu dengan kakaknya.
* Dekati dan Jelaskan. Jika anak bertanya karena kurang atau kelebihan perhatian, kita perlu melakukan pendekatan. “Adek, tadi Mama jawab apa?” misalnya. “Itu namanya pensil!” Tekankan nama dari benda yang dimaksud. Lalu jelaskan kalau kita sedang mengerjakan sesuatu yang harus segera selesai. “Kalau Adek ganggu Mama terus, nanti kita tidak bisa segera sarapan!” Kemudian berikan aktivitas yang bisa dilakukan anak sehingga ia sibuk dengan aktivitasnya itu.
Jadi dengan menguasai seni menjawab pertanyaan batita di atas, Mama Papa siap ya menghadapi si tukang tanya dengan lebih sabar?