Jika Batita Terus Mengeces

By Santi Hartono, Jumat, 21 Agustus 2015 | 20:00 WIB
Jika Batita Terus Mengeces (Santi Hartono)

Tabloid-nakita.com – Bukanlah hal yang aneh jika bayi mengeces ketika gigi mereka tumbuh, dan batita mungkin menemui masalah ketika harus melahap makanan yang berubah bentuknya, dari makanan cair ke makanan padat. Mama mungkin melihat anak batita Mama mendorong makanan keluar dari mulutnya dengan lidah, tidak ingin makan jenis makanan tertentu, atau menolak makan setelah menyantap sarapan yang banyak. Batita Mama mungkin juga punya refleks muntah yang membuat ia muntah atau tersedak ketika Mama mencoba menyuapinya dengan makanan yang tidak rata atau memiliki tekstur yang baru.  

                Masalah-masalah seperti di atas biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Tapi Mama boleh berkonsultasi dengan dokter jika batita terus mengeces dan mengalami kesulitan makan, yaitu terus-menerus menolak makanan atau mengalami kesulitan makan, tiba-tiba tersedak atau memuntahkan makanan yang bisa ia makan sebelumnya, atau mengeces lebih banyak dibandingkan anak-anak lain yang seumur dengannya.

                Sakit tenggorokan yang parah (yang bisa disebabkan oleh banyak hal, termasuk flu, abses, radang pita suara, atau amandel) dapat membuat batita menolak makan. Infeksi virus yang membuat lapisan lendir di mulut dan kerongkongan meradang juga merupakan penyebab umum lain yang membuat anak sementara sulit menelan.    

                Di sisi lain, masalah makan yang tak kunjung sembuh dapat menjadi pertanda adanya gangguan perkembangan motorik oral, yang berarti anak Mama tidak bisa mengontrol otot-otot yang ia butuhkan untuk menelan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah gangguan sistem syaraf, refluks, atau gangguan perkembangan.  

                Jika batita terus mengeces dan mengalami kesulitan makan, dokter anak Mama mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tes darah, X-ray, “tes menelan”, CT scans, atau tes diagnostik lainnya. Dokter mungkin juga akan menganjurkan dilakukannya terapi okupasi, yang mungkin digabungkan dengan terapi wicara, tergantung kondisi anak. Atau dokter mungkin juga akan merujuk Mama ke seorang spesialis gangguan perkembangan.