Terrible Two Tantrum Si Dua Tahun

By Santi Hartono, Selasa, 9 Desember 2014 | 04:00 WIB
Terrible Two Tantrum Si Dua Tahun (Santi Hartono)

Tabloid-nakita.com - Terrible twos atau disebut juga temper tantrum pertama kali muncul pada 1950-an di Amerika Serikat untuk menggambarkan masa-masa sulit orangtua (terutama Mama) dalam menghadapi perilaku dan sikap temperamental buah hatinya yang berusia 18–30 bulan. Sebenarnya pada periode ini perkembangan otak anak sangat mengagumkan. Bagian otak depan, khususnya sistem limbik, telah berkembang sedemikian rupa sehingga semakin banyak berperan dalam berbagai fungsi, antara lain emosi, tingkah laku, motivasi, dan memori.

Sebenarnya pada usia dua tahun anak mengalami perkembangan fisik, kognitif dan sosial emosional yang sangat menarik. Secara fisik, kemampuan motorik mereka semakin terampil: mampu berlari, memanjat tangga atau tempat-tempat yang cukup tinggi lainnya, juga mulai bisa memegang serta menggunakan benda-benda yang berukuran cukup besar--misalnya krayon, spidol, cangkir atau  gelas. Itu baru motorik kasar. Keterampilan motorik halus mereka pun tak kalah berkembangnya: membuka tutup spidol dan menorehkan coretan di mana pun yang mereka anggap “tepat” untuk memamerkan hasil karya mereka.

Sementara secara kognitif, mereka sudah menyadari kemampuan panca indranya dalam menangkap informasi: melihat berbagai objek, mendengar dan membedakan suara, mencecap berbagai rasa, menghirup dan membedakan aroma, merasakan serta membedakan tekstur, suhu, dan masih banyak lagi. Pada usia ini pula, kemampuan bicara mereka semakin terasah, anak sudah dapat mengucapkan satu kalimat yang terdiri atas 2 hingga 3 kata yang bermakna. Kosakatanya berkembang dengan cepat, rasa ingin tahunya sangat tinggi, dan keinginannya untuk mengeksplorasi lingkungannya sulit dikekang.

Dengan kemampuan tersebut, anak mulai belajar berinteraksi dengan orang lain melalui tingkah laku dan ucapan. Ia mulai belajar bagaimana harus bersikap atau bertingkah laku melalui pengamatannya terhadap lingkungan di sekitarnya. Segala sesuatu amat mudah diserap olehnya untuk kemudian ditampilkan. Namun, pemahaman benar dan salah belum tertanam, apalagi dipahami betul oleh anak. Ia akan melakukan apa yang ia lihat dan inginkan, tanpa memahami apakah cara yang dipilihnya sudah benar atau belum.

Di masa sulit terrible two bagi batita ini, orangtua atau orang dewasa lainnya perlu memfasilitasi rasa ingin tahu anak dan keinginan anak untuk mengeksplorasi atau menjelajah lingkungannya. Fasilitasi yang tepat akan membuat anak mengembangkan otonomi dirinya, yang berarti kemampuan anak untuk mengontrol diri sendiri dan mulai melepaskan dirinya dari kendali orang lain (external control). Pada saat inilah, lingkungan berperan besar dalam memengaruhi anak memahami nilai moral serta membedakan benar dan salah.

Anak belajar bahwa tidak semua keinginannya harus dipenuhi pada saat itu. Ia harus belajar menerima penundaan karena permen tersebut harus dibayar dan karena Mama harus belanja beberapa barang terlebih dahulu. Cara seperti ini juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak dibandingkan cara pertama yang mungkin hanya berupa bahasa nonverbal seperti mata melotot, atau mungkin keluhan serta omelan dari Mama (“anak bandel”) yang sama sekali tidak berdampak positif bagi perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak.