Batita Belajar Berbagi

By Santi Hartono, Kamis, 20 November 2014 | 03:00 WIB
Batita Belajar Berbagi (Santi Hartono)

Tabloid-Nakita.com  -Anak batita belum mengerti konsep dari kata "milikku ” dan ”milikmu” sampai mereka berusia 3 tahun. Mereka berpikir, apa yang mereka inginkan, itulah milik mereka. Pemikiran mereka masih benar-benar egois dan itu wajar.    Meski begitu, sebaik-baiknya manusia adalah yang suka berbagi bukan? Bukan cuma baik, tetapi berbagi juga memberikan kebahagiaan kepada yang membagi dan dibagi. Ada tiga unsur berbagi yang perlu dikenalkan kepada anak, yaitu memberi, meminjam, dan mengembalikan. Namun dalam proses berbagi, unsur mengembalikan tidak harus selalu ada. Makanan yang sudah diberikan tidak mungkin diminta kembali atau sekadar dipinjamkan. Inilah sebabnya, anak usia kira-kira tiga tahun ingin mendapatkan banyak, karena bila dibagikan, miliknya jadi berkurang. Namun, di luar makanan hal ini berlaku. Mainan bisa diberikan untuk dipakai main oleh temannya dan kemudian si teman harus mengembalikan. 

    Nah, berikut ini 8 tip mengajari anak berbagi.1. Kenalkan konsep milik.Di usia batita akhir, anak dapat dikenalkan dengan konsep milik melalui benda-benda terdekat yang sering dilihat seperti baju, sepatu, dan lain-lain. Pengetahuan tentang konsep milik merupakan pijakan awal untuk mengajarkan berbagi. Tegaskan secara berulang-ulang konsep milik itu. “Ini baju punya Adek, itu punya Kakak, dan sebagainya.”2. Menjadi contoh.Mengingat anak batita  cenderung meniru, maka mulailah dengan menawarkan apa yang orangtua makan. Ini merupakan tindakan berbagi. Katakan pada anak, ”Mama ingin berbagi kue denganmu.” Bila ia memiliki kakak, Anda bisa menengadahkan tangan sambil berkata, ”Bagi dong permennya, Kak.” Lalu, kakak memberikan sebagian permen yang dipegangnya. Biarkan si kecil melihat adegan ini, hingga ia tahu ketika seseorang menengadahkan tangan, itu tandanya ia meminta sesuatu dan harus diberi. 3. Tunjukkan bahwa  berbagi itu menguntungkan dan menyenangkan.Caranya, lewat barter. Bila si kakak punya kue dan adik punya cokelat, maka kakak bisa memberikan sedikit kue untuk mendapatkan cokelat. Dengan berbagi, anak bisa menikmati dua makanan lezat itu sekaligus. Mereka pun jadi bisa makan bersama-sama. Menyenangkan, bukan?4. Perlihatkan bahwa benda miliknya kembali.Si batita enggan berbagi karena khawatir kehilangan benda/mainan miliknya. Apalagi jika mainan itu masih baru atau yang sangat menarik, maka ia semakin enggan berbagi. Untuk itu, perlihatkan, benda miliknya yang ia pinjamkan akan kembali lagi dengan utuh. Pada tahap awal, orangtua dapat pura-pura meminjam sebentar mainan milik anak seperti mobil-mobilan, boneka, atau lainnya.5. Ucapkan kata ”memberi”.Saat memberi, ingatlah untuk menggunakan kata “berbagi” atau ”memberi” guna menjelaskan dan menekankan dengan tepat apa yang orangtua lakukan. Demikian pula saat meminjam atau mengembalikan. Inilah salah satu cara batita belajar berbagi.6. Ciptakan lingkungan.Orangtua dituntut menciptakan kondisi, berbagi adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan saat berhubungan dengan orang lain. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berbagi dapat menjadi peluang dan kesempatan pada anak untuk selalu memerhatikan kebutuhan orang lain. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan permainan yang membutuhkan kerja sama, seperti balok, lego besar, atau melukis bersama. Cerita dalam buku-buku yang dibacakan juga bisa menjadi inspirasi untuk belajar berbagi.7. Jadilah teladan.Namun hal yang terpenting dari semua itu adalah contoh dalam kehidupan nyata. Anak memerlukan contoh dari orangtua yang menunjukkan sikap berbagi dalam kehidupan sehari-hari; bagaimana hal itu membuat orang lain senang dan hidup kita jadi lebih bermakna.