Tabloid-Nakita.com – Contohnya meminta diputarkan film kesukaannya berulangkali. Atau minta dipakaikan pakai baju dan rok yang itu-itu saja. Gara-gara ini, Mama mungkin malu karena dikira tak pernah membelikan baju. Ternyata tidak sampai situ saja batita suka mengulang. Saat mainpun batita senang sekali mengulang permainan yang sama. Contohnya lagi, jika dia sedang senang bermain mewarnai, maka tidak segan setiap kali bermain dia inginnya mewarnai. Lucunya, setiap kali mewarnai dia melakukannya dengan warna yang sama. Seperti dia suka warna pink, maka semua yang dia warnai akan menggunakan warna pink. Begitu juga dengan perilaku. Contoh, dia tersandung dan orang yang ada disekitarnya menanggapi, “Eh…eh jatuh kodok loncat.” Saat itu dia tidak akan ragu untuk kembali melakukan aksinya yang tadi, tersandung. Biasanya hal itu dialakukan sambil tertawa-tawa. Menyebalkan memang, tapi apa mau dikata, inilah bagian dari proses belajarnya yang harus dihargai. Dalam milestone perkembangan anak, perilaku suka mengulang adalah bagian dari cara batita belajar hal-hal baru. Alih-alih merasa bosan melihat perilaku dan perkataan batita yang mengulang, orangtua justru memberikan kesempatan padanya bereksplorasi. Tak hanya pengetahuan, dengan suka mengulang, batita juga mendapatkan keterampilan. Contoh, karena seringnya menonton film Aku Anak Soleh, dia akan mengetahui tahapan-tahapan memutar piringan perak di komputer/DVD player. Sehingga saat yang kesekian kalinya dia menonton film tersebut, dia bisa saja sudah tidak perlu pertolongan orang dewasa karena mampu memutar sendiri di komputer/DVD player. Contoh lainnya, karena seringnya menonton film Handy Many, dia jadi hafal lagu-lagu Handy Many sekaligus mampu mengucapkan beberapa patah bahasa Inggris yang didengarnya berulang-ulang di film tersebut. Meski pengulangan membuka wawasan dan menambah keterampilan, jika anak terlalu fokus pada pengulangan yang itu-itu saja juga tidak baik. Orangtua perlu memberikan exposure/pengalaman baru lain yang dapat membuka wawasan anak terhadap hal-hal lain yang berbeda. Contohnya kalau si kecil sudah terlalu sering ingin mendengar cerita Kancil, ajak anak untuk mengenal dan mau menyimak cerita lain seperti Cinde Laras atau Bawang Merah dan Bawang Puti. Orangtua atau pendidik perlu mengetahui bagaimana anak memaknai atau mengartikan hal-hal baru yang dilihat/didengarnya sekaligus memastikan bahwa pemahaman atas pengalaman yang sudah dialaminya sudah betul. Selain itu orangtua juga harus aware jika kelakuan mengulang-ngulang ini lebih karena si batita ingin mencuri perhatian orangtuanya. “Bunda kan sibuk terus dan bawel. Aku minta diputerin lagu kemarin aja, deh yang tidak disukai bunda.” Nah, saat si bunda “terperangkap”, akhirnya benar, si bunda mengomel. D isini si batita akan girang. “Hore..akhirnya bunda mau juga ngobrol denganku.”
Oleh sebab itulah, bagi para orangtua yang memiliki batita, jangan cepat kesal dan gemas bila batita suka mengulang apapun seolah tak ada bosannya. Justru artinya, ia sedang belajar. Jadi saat menghadapinya, tidak ada cara jitu selain meladeninya, memfasilitasinya, mendampinginya, dan jangan lupa tambahkan apa yang sudah dikuasainya dengan pengalaman-pengalaman baru.