Nakita.id - Barangkali Ibu sudah pernah mendengar bahwa orgasme wanita meningkatkan peluang kehamilan. Hal ini tentunya membuka harapan baru bagi kaum perempuan yang belum juga hamil. Tetapi jika hal itu benar, pertama-tama tentunya perempuan tersebut harus mampu orgasme. Kenyataannya, banyak perempuan yang belum bisa orgasme.
Kemudian, apakah benar orgasme meningkatkan peluang kehamilan? Yang jelas, Ibu bisa hamil meskipun tidak mengalami orgasme. Para peneliti pun terus melakukan penelitian untuk mengetahui tujuan dari orgasme wanita. Apakah hal itu sekadar untuk melengkapi kepuasan seks, atau untuk meningkatkan peluang kehamilan? Jika orgasme memperbesar peluang kehamilan, bagaimana prosesnya?
Coba Ibu simak empat teori yang ingin membuktikan bahwa orgasme meningkatkan peluang kehamilan ini: Teori 1. Kontraksi vagina mendorong sperma menuju serviks Teorinya, otot-otot vagina perempuan yang berkontraksi saat orgasme akan mendorong sperma masuk lebih dalam ke arah serviks, sehingga meningkatkan peluang kehamilan. Meskipun orgasme selalu menjadi nilai tambah, sebenarnya belum tentu meningkatkan peluang terjadinya pembuahan. Selain itu, agar berlangsung seperti yang diharapkan, orgasme yang dimaksud harus terjadi bersamaan dengan pasangan. Nah, inilah yang sulit terjadi.
Teori 2. Orgasme akan meredakan stres Para pakar meyakini, getaran dan aliran hormon oksitosin yang terjadi selama orgasme membuat perempuan merasa rileks. Saat dalam kondisi rileks, saat itulah Ibu mengurangi hambatan agar kehamilan terjadi, yaitu stres. "Semakin baik hubungan seks yang Anda lakukan, semakin baik peluang terjadinya pembuahan," papar ahli fisiologi reproduktif, Joanna Ellington, PhD, dalam film dokumenter Inggris, The Great Sperm Race.
Teori 3. Rasa mengantuk setelah orgasme Hal ini sering disebut sebagai Hipotesa Kampak. Seperti dijelaskan sebelumnya, saat orgasme Ibu akan merasa rileks dan mengantuk, sehingga cenderung akan berbaring setelah berhubungan seks. Dengan berbaring, tubuh Ibu akan membantu sperma mencapai leher rahim lebih cepat dan mudah. Sebuah studi mengenai prosedur inseminasi buatan juga mendapati bahwa para pasien yang tetap berbaring setelah menjalani inseminasi juga lebih besar peluangnya untuk hamil. Namun dalam suatu studi mengenai orgasme dan penyerapan sperma, para peneliti menyimpulkan bahwa berbaring saja tidak akan meningkatkan penyerapan sperma.
Teori 4. Orgasme meningkatkan penyerapan sperma Hipotesanya, kontraksi vagina membantu mengisap air mani yang tersimpan di dalam vagina, di dekat leher rahim. Orgasme lalu membantu memindahkan sperma melalui rahim dan tuba falopi. Sebuah studi bahkan mengukur jumlah air mani yang mengalir keluar setelah hubungan seks, dan menemukan bahwa ketika orgasme wanita terjadi satu menit atau kurang sebelum pria mengalami ejakulasi, penyerapan sperma akan lebih besar. Jika orgasme wanita belum terjadi lebih dari satu menit sebelum pria ejakulasi, hal ini akan menurunkan penyerapan sperma. Sebaliknya, penyerapan akan menjadi lebih tinggi ketika perempuan orgasme hingga 45 menit setelah ejakulasi pria.
Sayangnya, studi ini tidak mengungkapkan tingkat kehamilan yang terjadi sehingga tidak bisa dibandingkan dengan tingkat kegagalannya. Jadi, belum terbukti 100 persen bahwa orgasme memperbesar peluang kehamilan atau tidak. Anggap saja orgasme sebagai bonusnya.