Senggama Terputus Makin Jadi Pilihan untuk Menunda Kehamilan

By Dini Felicitas, Rabu, 2 November 2016 | 23:00 WIB
Metode Cabut Penis Makin Jadi Pilihan untuk Menunda Kehamilan (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Alat kontrasepsi sangat mudah ditemukan di pasaran, tapi ternyata banyak pasangan yang memilih KB alami untuk mencegah atau menunda kehamilan. Selain metode kalender, metode "cabut penis" makin jadi pilihan untuk menunda kehamilan bagi banyak pasangan saat ini.

Menurut data dari aplikasi kesuburan wanita, Glow, 18 persen penggunanya memilih metode cabut penis alias senggama terputus (coitus interruptus) sebagai metode kontrasepsi utama mereka. Hal ini membuat metode ini menjadi metode KB terpopuler ketiga setelah kondom (32 persen) dan pil KB (27 persen). Hal ini mengejutkan, karena selama bertahun-tahun metode yang mengharuskan pria menarik keluar penisnya sebelum ejakulasi ini dipertanyakan efektivitasnya. Karena, metode senggama terputus menuntut kontrol diri yang ekstrim pada pihak pria. Ada pula yang mengatakan bahwa metode ini kurang efektif dibanding memakai kondom, walaupun ada juga perempuan yang hamil meski sudah memakai kondom. Efektif atau tidak, faktanya data dari Glow menunjukkan bahwa metode senggama terputus makin populer. "Statistik dari Glow menunjukkan bahwa senggama terputus masih digunakan," ulas Glow, Inc. dalam laporannya. "Karena itu kita membutuhkan panduan yang lebih baik mengenai senggama terputus, informasi yang baik mengenai bagaimana menggunakan metode tersebut dengan cermat dan aman, dan bagaimana teknologi bisa membantu." Data dari komunitas Glow menunjukkan, metode senggama terputus menjadi bentuk KB yang digunakan secara rutin bersama pasangan seksual yang dipercaya. Kemudian, survei yang diikuti 94.000 responden juga menemukan bahwa hampir 39 persen responden mengandalkan metode tersebut karena "merasa lebih nyaman", dan 32 persen menganggap itu "cara paling mudah untuk mengontrol kehamilan". Meskipun metode senggama terputus masih berisiko menimbulkan kehamilan (dan tentunya berisiko dalam mencegah penyakit menular seksual), tetapi jika diterapkan dengan semestinya ternyata tidak seburuk yang diperkirakan. Efektivitasnya disebut tidak jauh berbeda dengan penggunaan kondom. "Penggunaan kondom yang tepat memiliki tingkat kegagalan 2 persen, sedangkan metode senggama terputus 4 persen. Sedangkan dengan cara penggunaan yang umum, tingkat kegagalan kondom 17 persen, sedangkan senggama terputus 18 persen," ungkap Rachel K. Jones, peneliti dari Guttmacher Institute study.

Karena itu, Glow menyimpulkan bahwa memilih alat kontrasepsi pada dasarnya tergantung pada berbagai faktor yang spesifik bagi tiap perempuan dalam setiap tahap hidupnya. Jika metode senggama terputus makin jadi pilihan, hal itu pun merupakan pilihan pribadi masing-masing pasangan yang dianggap paling sesuai kebutuhan mereka.