Tabloid-Nakita.com – Dulu, masalah kesuburan dianggap hanya sebagai masalah wanita. Dewasa ini kesuburan harus dipandang berbeda, karena sekitar 50% dari masalah kesuburan yang ada ternyata terkait dengan infertilitas pria. Lalu, kapan pria sebaiknya menjalani tes kesuburan? Umumnya suami istri diminta menunggu setahun sebelum mulai mencari bantuan perihal kehamilan yang tak kunjung terjadi. Sedangkan, untuk pasangan yang punya riwayat masalah kesuburan dan berusaha mendapatkan anak‚ segeralah berkonsultasi pada spesialis kandungan dan kebidanan yang sebelumnya berhasil membantu.
Dalam konsultasi pertama, akan ada pertanyaan yang diajukan soal kesuburan pria. Sejarah kesehatan yang panjang dan komprehensif akan dikumpulkan dalam proses wawancara oleh dokter. Ini berlaku bagi calon ibu dan ayah. Analisis terhadap semen atau cairan mani yang mengandung sel sperma dan berbagai protein protein, enzim, fruktosa, lendir, vitamin C‚ dan flavin mungkin akan dijadwalkan setelah pertemuan pertama untuk mengukur tingkat kesuburan pria. Tes ini akan dijadwalkan simultan dengan tes yang berkaitan dengan kesuburan calon ibu. Jika semua tes untuk si calon ibu hasilnya normal atau dipastikan subur‚ tes selanjutnya dilakukan terhadap kesuburan si calon ayah.
Umumnya wanita yang mengalami gangguan kesuburan memiliki gejala fisik yang bisa dianggap sebagai penanda awal masalah‚ seperti siklus menstruasi yang tidak teratur atau diagnosis awal adanya sindrom ovarium polikistik. Bedanya, pria tidak punya gejala fisik yang cukup spesifik. Seorang pria dapat terlihat sangat sehat meski memiliki masalah kesehatan atau cidera yang bisa menyebabkan infertilitas. Sayangnya, kebanyakan calon ayah cenderung enggan meminta bantuan apalagi bertanya‚ “Kapan pria sebaiknya menjalani tes kesuburan?” Para pakar berasumsi bahwa beberapa pria mengaitkan masalah kesuburan dengan kejantanan sehingga infertilitas dianggap sebagai bencana besar. Meski begitu‚ masalah kesuburan pada pria adalah hal yang umum dan untungnya banyak yang bisa disembuhkan.