Pernah Vasektomi Masih Bisa Punya Anak?

By Heni, Jumat, 4 Juli 2014 | 12:00 WIB
Pernah Vasektomi Masih Bisa Punya Anak? (Heni)

Terkadang sebagai manusia kita cenderung berubah-ubah pikiran. Begitu juga pikiran yang menyangkut rencana jumlah keturunan. Lalu apakah suami yang pernah vasektomi masih bisa punya anak lagi dari Anda.  Yuk...cari tahu di sini. 

Pertama kita kenali dulu apa itu vasektomi.Vasektomi atau biasa disebut kontap-pria (kontrasepsi mantap pria) merupakan sebuah tindakan operasi minor (kecil) yang dilakukan untuk mencegah terjadinya transportasi sperma ke penis. 

Naturalnya, saat ejakulasi, sperma akan mengalir melewati 2 saluran (vas deferens) yang kemudian bercampur dengan air mani dan keluar lewat penis. Ketika cairan tersebut bergabung dengan sel telur, maka terjadilah pembuahan. Karena itu, pada vasektomi saluran vas deferens pasangan Anda akan dipotong dan kedua ujungnya diikat, sehingga sperma tida bisa mengalir dan bercampur dengan air mani lagi. Sehingga kehamilan pun bisa dicegah.

Lalu, apakah prosedur vasektomi bisa dikembalikan’?Jawabannya, bisa. Kebanyakan metode  vasektomi bisa "dikembalikan" lagi dengan sukses. Caranya menggabungkan kembali 2 saluran (vas deferens) yang membawa sperma dari testis ke dalam air mani, atau sering dikenal dengan prosedur vasovasostomy. Bahkan prosedur tindakan ini bisa dilakukan pada pasangan Anda yang sudah melakukan vasektomi sejak lama.  Namun lamanya rentan waktu antar prosedur juga ikut menentukan kesuksesan vasovasostomy. Biasanya, vasovasostomy akan lebih sukses jika dilakukan dalam kurun waktu 10 tahun pertama setelah vasektomi dilakukan. 

Pertanyaan selanjutnya, apabila prosedur vasovasostomy sudah berjalan sukses, apakah pria yang pernah vasektomi masih bisa punya anak? Jawabannya, tergantung. Sebab tingkat keberhasilan kehamilan pasca vasovasostomy juga ditentukan dari faktor metode vasektomi yang digunakan dan lama rentang waktu sejak vasektomi dilakukan. 

Tak hanya itu, tubuh pria kadang memproduksi zat antibodi yang akan melawan sperma  mereka sendiri (alergi sperma). Inilah yang membuat jumlah sperma normal mengalami penurunan bahkan sejak sebelum prosedur vasektomi dilakukan. Jika suami melakukan vasektomi, berarti dia memproduksi sperma abnormal lebih banyak yang berarti suksesnya proses ‘pengembalian’ belum tentu diikuti dengan tingkat kesuburan yang sama seperti sedia kala. 

Meskipun dianggap aman, seperti layaknya operasi lain, prosedur vasovasostomy  juga tidak luput dari risiko, seperti mengalami pendarahan pada bagian skrotum/kantung pelir, infeksi pada bagian yang dioperasi, atau bahkan mengalami granuloma sperma (benjolan yang kadang disertai rasa nyeri di dalam skrotum, disebabkan keluarnya sperma dari sambungan vas deferens pasca-vasovasostomy). (AA)