Obat Kesuburan untuk Pria

By Heni, Kamis, 3 Juli 2014 | 12:00 WIB
Obat Kesuburan untuk Pria (Heni)

Jika perempuan perlu obat kesuburan agar ovulasinya teratur, maka pria memerlukan obat kesuburan agar tubuhnya memproduksi sperma yang sehat. Uniknya,  obat kesuburan untuk pria maupun untuk wanita memiliki kandungan yang sama, sehingga baik pria maupun wanita bisa mengonsumsi obat kesuburan yang sama.

Sayangnya tingkat kesuksesan obat kesuburan untuk pria hanya sepertiga dari kisah sukses yang terjadi pada wanita. Pengunaan obat kesuburan pada pria pun belum disetujui olehFood and Drug Administration (FDA), jadi hanya dokter spesialis saja yang bisa meresepkannya. Mengapa demikian? Karena baru ada beberapa studi saja yang meneliti dampak dari obat kesuburan pada pria, dan para peneliti sepakat akan satu hal, yaitu obat kesuburan untuk pria hanya akan membantu pria dengan masalah ketidakseimbangan hormon tertentu.

Ada dua jenis obat kesuburan perempuan yang paling populer: clomiphene dan human menopausal gonadotropin (HMG). Obat ini jugalah yang digunakan pria dengan , atau kondisi kekurangan hormon di kelenjar bawah otak atau hipotalamus yang mencegah testis mendapatkan sinyal untuk memproduksi sperma. Clomiphene akan mendorong kelenjar bawah otak untuk memproduksi luteinizing hormon (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) yang nantinya akan mengirimkan pesan ke  testis untuk memproduksi testosteron dan sperma lebih banyak. Obat kesuburan untuk pria ini dikonsumsi dalam bentuk pil. Sedangkan, HMG yang fungsinya mendorong produksi testosteron dan sperma di testis digunakan dalam bentuk suntikan.

Kapan obat kesuburan untuk pria diberikan? Biasanya, dokter akan meresepkan obat kesuburan ketika ia mengalami ketidakseimbangan hormon yang dikaitkan dengan jumlah sperma yang sedikit. Terkadang obat ini juga diberikan ketika calon Papa memiliki kualitas dan motilitas sperma yang rendah. 

Untuk pria, clomiphene akan diberikan dengan dosis 1x sehari selama 3-6 bulan. Sedangkan, HMG diberikan dengan dosis  2-3 suntikan dalam seminggu selama 6 bulan.  Mengonsumsi obat kesuburan lebih lama dari waktu yang ditentukan tidak akan menjamin menaikan tingkat kesuksesan, jadi  jika pasangan mengonsumsi obat kesuburan lebih dari 3 bulan dan Anda belum juga hamil, maka dokter akan meningkatkan dosis obat. Itu sama artinya pasangan harus memulai program pengobatan yang baru atau disarankan untuk menjalankan metode pengobatan kesuburan yang lain. Selama hormon pasangan  normal, maka ia masih aman untuk mengonsumsi clomiphene dengan dosis rendah hingga 6-12 bulan.

Meski tingkat kesuksesannya masih jauh dari yang dijanjikan, obat kesuburan untuk pria bisa membantu mendorong produksi sperma hingga 20 juta atau bahkan lebih. Jika pengobatan ini bekerja, maka pasangan Anda tidak perlu menjalani biopsi testis untuk melihat apakah ada yang salah dengan spermanya.

Beberapa studi menemukan 20-25% keberhasilan kehamilan terjadi setelah si pria mengonsumsi obat kesuburan. Namun hasil ini masih jauh ketimbang tingkat kehamilan pada perempuan yang mengonsumsi obat kesuburan, yaitu 60%. Efek sampingnya, baik clomiphene dan HMG akan menyebabkan pandangan buram untuk sementara waktu, nyeri dada, dan peningkatan berat badan. (AA)