Tabloid-Nakita.com - Peran plasenta sangat vital karena menjadi “jalan” satu-satunya untuk mendistribusikan segala nutrisi yang dibutuhkan si kecil selama dikandungan. Jika ada gangguan, keselamatan dan kesehatan ibu serta si janin akan terancam. Salah satu gangguan plasenta yang bisa terjadi adalah placenta previa. Apa bahaya plasenta previa bagi ibu dan janin?
Plasenta previa saat hamil merupakan sebuah kondisi dimana plasenta menempel tidak pada posisi normal, melainkan di bagian bawah rahim. Plasenta previa dibagi menjadi 4 jenis, yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa sentralis, plasenta previa partialis dan plasenta previa marginalis. Gejala yang biasa timbul adalah terjadinya pendarahan usai kehamilan berusia 20 minggu, diikuti rasa sakit dan kram.
Bahaya plasenta previa bagi ibu dan janin di antaranya pada kehamilan tua, plasenta previa bisa sebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan hebat yang tak tertangani dapat mengancam jiwa ibu hamil dan janin. Kehamilan juga rawan mengalami komplikasi. Pada calon bayi, plasenta previa dapat mengakibatkan ia punya berat badan lahir rendah (BBLR). Bahkan, risiko kematian lebih tinggi ketimbang janin yang lahir dari kehamilan normal.
Pada kehamilan muda, plasenta previa ditanggani dengan melakukan terapi aktif dan ekspektif. Tapi terapi ekspektif hanya diperuntukan untuk ibu hamil yang sehat dan memiliki hB normal. Sedangkan pada kehamilan tua, penangganan plasenta previa dilihat dari letak plasenta si ibu terlebih dulu. Contoh: pada plasenta previa totalis diperlukan operasi caesar.
Lalu, siapa saja yang berpotensi terkena gangguan plasenta previa ini? Berikut diantaranya:
- Memiliki riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
- Pernah melahirkan bayi kembar.
- Punya kebiasaan merokok.
- Jika Anda hamil saat usia 35 tahun ke atas.
- Memiliki kelainan rahim.
- Pernah melakukan operasi caesar. Semakin sering, risiko plasenta previa pun semakin tinggi. (AA)