Tabloid-nakita.com – Meski semua wanita berisiko mengalami keguguran, beberapa dari kita memiliki kecenderungan lebih besar daripada yang lain. Berikut ini faktor-faktor risiko keguguran:
- Usia: Wanita yang usianya lebih tua cenderung mengandung bayi dengan kelainan kromosom, dan akibatnya dia akan mengalami keguguran. Faktanya, wanita berumur 40 tahun risiko mengalami kegugurannya meningkat dua kali lipat dibandingkan wanita berumur 20 tahun. Risiko keguguran Mama juga akan semakin meningkat untuk kehamilan yang kedua dan seterusnya.
- Punya sejarah keguguran: Wanita yang mengalami dua atau lebih keguguran secara berturut-turut lebih cenderung untuk mengalami keguguran lagi dibandingkan wanita lain.
- Mengidap penyakit atau gangguan kronis: Diabetes yang tidak dikontrol dengan baik dan beberapa penyakit penggumpalan darah yang diturunkan, gangguan autoimun (seperti sindrom antifosfolipid atau lupus) dan gangguan hormon (seperti sindrom ovarium polikistik) adalah sejumlah kondisi yang dapat meningkatkan peluang risiko keguguran.
- Memiliki permasalahan di kandungan atau leher rahim: Memiliki kelainan rahim bawaan tertentu, perlekatan rahim yang parah, atau leher rahim yang pendek atau lemah (dikenal sebagai serviks inkompenten) meningkatkan peluang keguguran. Hubungan antara fibroid (tumor non-kanker yang tumbuh pada lapisan otot polos rahim) dan keguguran masih menjadi kontroversi, tapi kebanyakan fibroid tidak menimbulkan masalah.
- Punya sejarah cacat lahir atau masalah genetik: Jika Mama, Papa, atau anggota keluarga yang lain punya kelainan genetik, telah teridentifikasi di kehamilan sebelumnya, atau Mama telah melahirkan seorang anak dengan cacat lahir, Mama punya peluang besar untuk mengalami keguguran.
- Infeksi: Penelitian telah menunjukkan risiko keguguran yang lebih tinggi jika Mama terkena listeria, gondok, rubella, campak, cytomegalovirus (CMV), parvovirus, gonorrhea, AIDS, dan beberapa infeksi tertentu.
- Merokok, mengonsumsi minuman keras, dan menggunakan obat terlarang: Merokok; minum minuman beralkohol; dan menggunakan narkotika seperti kokain dan ekstasi saat hamil; semua itu dapat meningkatkan risiko keguguran. Selain itu, sejumlah penelitian menunjukkan beberapa keterkaitan antara kadar konsumsi kafein yang tinggi dan peningkatan risiko keguguran.
- Pengobatan: Sejumlah obat telah dihubungkan dengan meningkatnya peluang keguguran, jadi penting untuk bertanya kepada dokter Mama soal keamanan obat-obatan yang tengah Mama konsumsi, bahkan saat Mama tengah mencoba mengandung. Hal ini berlaku untuk obat yang diresepkan serta yang dijual bebas, termasuk obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, seperti aspirin.
- Racun di lingkungan sekitar: Sejumlah faktor lingkungan yang bisa meningkatkan risiko keguguran Mama yaitu timbal; arsenik; beberapa bahan kimia, seperti formalin, benzena, dan etilen oksida; serta dosis tinggi radiasi atau gas anestesi.
- Faktor ayah: Sedikit diketahui soal bagaimana kondisi ayah bisa mempengaruhi keguguran ibu, meski risiko itu terus meningkat seiring menuanya umur ayah. Para peneliti mempelajari batas-batas kerusakan sperma akibat racun lingkungan meski masih bisa membuahi sel telur. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa terdapat risiko besar keguguran ketika si ayah terpapar merkuri, timbal, dan beberapa bahan kimia industri serta pestisida.
- Kegemukan: Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara obesitas dan keguguran.
Risiko Mama untuk mengalami keguguran juga tinggi jika Mama hamil setelah tiga bulan melahirkan. Demikian faktor-faktor risiko keguguran. Semoga bermanfaat.