Kebutuhan Air Ibu Hamil

By Santi Hartono, Selasa, 18 November 2014 | 08:00 WIB
Kebutuhan Air Ibu Hamil (Santi Hartono)

Tabloid - Nakita.com. Pada masa kehamilan, jumlah air pada tubuh harus tetap terjaga.  Menurut F. Batmanghelidj, M.D., seorang peneliti, penulis, dan konsultan pengobatan, dalam bukunya, Your Body’s Many Cries for Water dan Water for Health, for Healing, for Life,  di awal-awal pertumbuhannya,  janin membutuhkan banyak air. Setiap kali sel ibu memberikan pertumbuhan pada sel janin, 75% atau lebih volume sel, harus diisi dengan air. Karena itulah pertumbuhan janin sangat bergantung pada ketersediaan cairan. Ada beberapa manfaat lain dari air selama kehamilan yaitu:

 1. Memperlancar aliran darah. Sebagian besar komponen dalam tubuh manusia, berupa sel-sel dan jaringan, bukan hanya mengandung air tapi secara terus-menerus diliputi oleh air. Sel tubuh termasuk peredaran darah perlu air untuk dapat berfungsi dengan baik. Bila kebutuhan air tak terpenuhi, tubuh akan menyedot air dari komponen tubuh itu sendiri, dimulai dari komponen yang paling dekat yaitu darah. Lantaran air dalam darah tersedot untuk keperluan tubuh, darah menjadi kental sehingga perjalanannya ke seluruh tubuh menjadi kurang lancar. Dengan masuknya air putih ke dalam tubuh, kebutuhan darah akan air tercukupi, aliran darah ke tubuh ibu maupun janin akan lancar dengan sendirinya.

2. Mencegah persalinan prematur. Persalinan prematur berkaitan erat dengan dehidrasi. Dehidrasi berat pada trimester tiga dapat memicu kontraksi. Akibatnya persalinan prematur pun terjadi. Air putih akan membantu ibu hamil menyeimbangkan tubuh dari kebutuhan cairan dan membantu nutrisi yang ibu konsumsi mengalir melalui darah ke janin. Dengan begitulah janin mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkan.

 3. Membuang bakteri dari ginjal. Cairan di dalam tubuh merupakan media transportasi limbah untuk dibuang keluar melalui urine. Pada ibu hamil, rahim yang membesar mengakibatkan sebagian urine tertahan saat buang air kecil. Ini tentu dapat membahayakan. Karena sisa urine ini menjadi tempat bakteri berkembang biak. Dengan cukup minum, tubuh bisa membersihkan racun/buangan dari berbagai bagian tubuh melalui ginjal untuk dibuang. Minum air putih bisa juga mengurangi risiko penyakit batu ginjal. Ginjal bekerja keras melakukan penyaringan darah. Kurang air bisa merusak sistem ginjal, sehingga urine yang tertimbun dalam tubuh dapat meracuni tubuh termasuk janin.

4. Mencegah sembelit. Air putih berperan sebagai pencahar bagi saluran pencernaan. Sebab air memperlancar pekerjaan saluran cerna. Apalagi sebagian besar ibu hamil mengeluh sembelit. Air putih bisa menjadi jawaban atas keluhan ini disamping pentingnya konsumsi makanan berserat. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan tercerna dan berjalan lancar bila ada asupan cairan yang cukup. Pada kondisi kurang cairan, usus besar dan kecil tetap akan bekerja sebagaimana mestinya, tapi cairan dari feses akan diserap untuk menjaga agar tubuh tetap hidrasi (cukup cairan). Akibatnya, feses menjadi lebih keras dan buang air besar ibu mengalami masalah.

Rekomendasi harian Institute of Medicine menyarankan kebutuhan air ibu hamil sedikitnya 2,4 liter (8-10 gelas air  putih), sedangkan saat menyusui disarankan untuk minum 3,0 liter air (12,5 gelas) setiap harinya. Namun, khusus ibu dengan kondisi bekerja di luar ruangan atau sering terpapar matahari, kebutuhan airnya pasti lebih banyak. Jadi kebutuhan air ibu hamil pun berbeda-beda, bergantung pada aktivitas yang dilakukan.

 Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan air tidaklah harus melulu dengan air putih. Jus buah, jus sayur, susu, kuah sup, dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan air. Jus buah atau sayur disarankan dikonsumsi dalam keadaan segar atau beberapa menit setelah proses pembuatan.