Down Syndrome pada Janin (2)

By Santi Hartono, Rabu, 17 September 2014 | 23:00 WIB
Down Syndrome pada Janin (2) (Santi Hartono)

Dalam pemeriksaan lanjutan setelah bayi lahir, akan diketahui penyebab Down Syndrom-nya apakah true trisomi yang merupakan penyebab terbanyak sekitar 95% atau translocation kurang dari 5%. Jika penyebab Down Syndrome pada janin adalah translocation, biasanya kedua orangtua perlu melakukan pemeriksaan kromosom karena mungkin mereka mengalami balance translocation namun tidak berdampak pada kesehatan. Namun dikhawatirkan ibu akan melahirkan kembali bayi Down Syndrome pada kehamilan berikutnya. Anak dengan Down Syndrome umumnya mengalami gangguan penyerta. Misalnya kebocoran bilik jantung, gangguan mata seperti katarak, dan gangguan hormon tiroid seperti hipotiroid. Karena itu, pemeriksaan umum harus dilakukan untuk mendeteksi kelainan-kelainan tersebut supaya penanganan bisa segera dilakukan. Pada anak yang mengalami kebocoran jantung misalnya, perlu dirujuk ke dokter jantung anak untuk penanganan intensif. Atau anak dengan hipotiroid, penanganan segera perlu dilakukan mengingat anak yang mengalami kekurangan hormon tiroid dapat mengganggu pertumbuhan fisik maupun kecerdasannya. 5 KIAT MENCEGAH DOWN SYNDROME1.    Perhatikan Usia Saat Hamil Semakin tua usia Mama ketika hamil akan semakin besar kemungkinan terjadinya Down Syndrome pada janin. Hamil di atas usia 35 tahun misalnya, perbandingannya 350:1 dan terus meningkat di usia selanjutnya. Karena itu dianjurkan untuk hamil di usia sebelum 35 tahun. Selain risiko anak DS berkurang, kondisi Mama pun lebih fit sehingga dapat menjalani kehamilan dengan lebih baik.2.    Hindari Kehamilan KeduaHamil dan melahirkan adalah hak setiap wanita. Apapun risikonya jika Mama ingin hamil maka tidak ada yang bisa melarang, termasuk dokter sekalipun. Hanya, Mama harus memahami betul risiko yang bakal terjadi. Jika salah satu atau kedua orangtua positif mengalami balance translocation sebaiknya Mama tidak hamil kembali, karena sebenarnya salah satu atau kedua orangtua mengalami Down Syndrome namun tidak berdampak pada kesehatannya. Akan berbeda ceritanya jika pasangan ini punya anak, karena bisa terjadi Down Syndrome pada janin (menurun secara genetik). Namun kembali lagi, hak reproduksi dikembalikan kepada masing-masing pasangan.   3.    Terapkan Pola Hidup SehatUntuk kehamilan yang sehat maka kita harus menerapkan pola hidup sehat. Misalnya, makan makanan bergizi seimbang, berolahraga teratur, istirahat yang cukup, menghindari stres, dan sebagainya. Pola sehat ini sebaiknya tak hanya dilakukan saat hamil atau menjelang hamil, jauh sebelum hamil perlu dilakukan sehingga tubuh lebih sehat dan siap menjalani kehamilan. 4.    Kontrol ke DokterKontrol ke dokter harus dilakukan secara rutin. Di awal kehamilan dilakukan sebulan sekali, di akhir kehamilan menjelang persalinan bisa dilakukan 2-3 kali setiap bulan atau setiap Minggu saat detik-detik menjelang persalinan. Tujuannya selain memeriksa kondisi kesehatan Ibu maupun janin juga berkonsultasi untuk melakukan hal terbaik supaya kehamilan berjalan aman dan nyaman. Jika dalam pemeriksaan ternyata janin diduga mengalami Down Syndrome, penanganan dini pun bisa segera dilakukan. 5.    Lebih Hati-hati di Usia 35 TahunJika Ibu memutuskan untuk hamil meski usianya sudah 35 tahun atau lebih, sebaiknya lebih berhati-hati menjaga kehamilannya. Sebenarnya tak hanya untuk Down Syndrome  tetapi juga gangguan lain mengingat di usia ini rentan terjadi gangguan kehamilan dan janin. Ibu hamil harus lebih sigap kontrol ke dokter kandungan, lebih ketat menjaga asupan nutrisinya, tidak boleh kekurangan kekurangan zat besi, Hb-nya tidak boleh di bawah 10, mengonsumsi suplemen vitamin dengan baik, dan sebagainya.