Mengecat Rambut Saat Hamil

By Ipoel , Sabtu, 7 November 2015 | 08:00 WIB
Mengecat Rambut Saat Hamil (Ipoel )

TabloidNakita.com – Kaki bengkak, stretch marks, dan perut gatal—ada beberapa hal yang tidak bisa Mama hindari saat hamil. Tapi rambut rontok dan uban? Kalau yang ini masih bisa, kok. Berikut 5 tips yang akan meyakinkan Mama untuk  mengecat rambut saat hamil—dan tetap melindungi calon bayi Mama.

Tunggu sampai trimester kedua

Dengan semua hormon kehamilan yang meningkat, rambut Mama mungkin tumbuh lebih cepat daripada sebelumnya (dan bahkan memiliki tekstur dan warna yang berbeda). Meski Mama sudah siap untuk membuka botol (cat rambut, tentunya!) saat kehamilan masih berumur 4 minggu, para ahli akan menyarankan Mama untuk menunggu sampai awal trimester kedua. Mungkin Mama lupa, di dua belas minggu pertama tubuh si kecil tengah mengalami perkembangan besar-besaran: organ-organ mulai membentuk, otot dan pita suara terbentuk, dan dasar kuku serta akar rambut mulai berkembang. Meski tubuh Mama tidak menyerap banyak bahan kimia dari pengecatan rambut (dan tidak ada bukti bahwa bahan-bahan kimia tersebut memang menyakiti bayi Mama), mengapa mengambil risiko?  Jadi tahan dulu ya untuk mengecat rambut saat hamil

Memilih cara terbaik

Setelah mendapat izin dari dokter untuk mengecat rambut saat hamil, Mama mungkin ingin menimbang-nimbang jenis pengecatan rambut yang akan Mama jalani. Mengecat dengan root touch-up dan root-to-tip dianggap sebagai proses pewarnaan; ini berarti cat rambut digunakan di rambut dan kulit kepala tempat pori-pori kulit menyerap bahan kimia. Untuk cara lain yang lebih aman, cobalah teknik di mana warna dicat langsung ke batang rambut—highlights, frosting, dan streaking, misalnya. Menarik rambut melewati penutup kepala untuk kemudian diwarnai adalah metode yang kurang dikenal tapi sama amannya karena kulit kepala Mama akan terlindungi.

Gunakan pewarna yang tidak keras

Saat mengecat rambu saat hamil, pilih jenis pewarna yang aman. Mintalah kepada terapis salon jenis pewarna yang tidak keras, seperti pewarna yang bebas amonia. Jika Mama termasuk tipe DIY, pertimbangkan warna semi permanen—tidak mengandung pemutih, lebih bisa ditoleransi ketimbang pewarna permanen, dan akan hilang perlahan setelah kurang lebih satu bulan. Pewarna dari tumbuhan atau hena merupakan jenis yang lebih sedikit mengandung bahan kimia, tapi ada baiknya Mama memperhatikan komposisi di kemasannya sebelum membeli. Beberapa proses yang disebut ”alami” terkadang juga menggunakan banyak bahan kimia.

Ventilasi yang baik dan tetap tertutup

Ketika tiba waktunya untuk memulai pewarnaan, para ahli sepakat bahwa Mama harus mengambil beberapa tindakan keselamatan ekstra. Jika Mama berada di salon, mintalah untuk duduk di area yang ventilasinya bagus. Jika Mama melakukannya di rumah, bukalah jendela sehingga Mama bisa tetap menghirup udara segar dan uap yang beracun menghilang. Jika ingin mengecat rambut sendiri, selalu gunakan sarung tangan dan kaos lengan panjang untuk perlindungan ekstra. Ikuti petunjuk yang ada di kemasan dan pastikan untuk mencuci bersih kulit kepala Mama secara menyeluruh setelah selesai. Mengecat rambut saat hamil perlu keamanan ekstra.

Jika memungkinkan, lakukanlah tes di beberapa helai rambut terlebih dulu

Ingatlah bahwa perubahan hormon dapat membuat rambut Mama bereaksi secara berbeda, sehingga bisa jadi Mama tidak mendapatkan hasil yang diinginkan—meski Mama menggunakan pewarna yang biasa dipakai. Sebelum mengecat seluruh rambut, cobalah untuk mengetesnya di beberapa helai rambut terlebih dulu sehingga rambut Mama tidak akan berakhir dengan warna biru stabilo (kecuali itu memang warna yang Mama inginkan!)

Setelah membaca lima tips di atas, apakah Mama semakin yakin untuk mengecat rambut saat hamil? Jika iya, tunggu apa lagi (tapi jika sudah trimester kedua, ya)!