Tabloid-Nakita.com - Mengurus bayi memang bukan hal yang mudah, terutama lagi bagi mereka yang baru pertama kali memiliki anak. Kebingungan dan kelelahan seakan menghantui mereka. Nah, selama ini kurang tidur disebut-sebut sebagai pemicu Mama mengalami kelelahan saat mengasuh bayi. Akan tetapi, para ilmuwan dari John Hopkins University di Baltimore, Maryland telah menemukan sebuah fakta baru yang berbeda.Hasil penelitian tersebut menyebutkan, timbulnya rasa lelah dan mudah marah saat mengurus bayi bukan hanya karena kurang tidur, melainkan dari interupsi yang seringkali terjadi saat mereka sedang tidur. Pasalnya, bayi di bawah 1 tahun umumnya masih sering terbangun 3-5 kali saat malam. Membuat orang tua mereka mau tak mau juga ikut terjaga.Sebelumya, para ilmuwan telah melakukan penelitian dengan mengamati 62 pria dan wanita yang menghabiskan beberapa malam untuk tidur di kamar laboratorium. Mereka dibagi menjadi 3 kelompok.
Baca: Dampak Buruk Memberikan Bedak Pada Vagina Bayi
Kelompok pertama tidur selama 8 jam tanpa gangguan. Kelompok kedua tidur 8 jam namun dibangunkan beberapa kali, sehingga total tidur mereka hanya 5 jam. Dan kelompok ketiga tidur selama 5 jam tanpa gangguan.Setelah itu, mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang suasana hati mereka, seperti apa saja yang bisa membuat mereka ceria, apa saja yang bisa memicu rasa marah, hingga tingkat lelah yang mereka rasakan setiap hari selama penelitian berlangsung. Sebagai data tambahan, para ilmuwan juga memasang peralatan untuk memantau pergerakan otak para responden saat mereka tidur.Hasilnya, kelompok pertama mendapatkan manfaat kesehatan fisik dan psikologis yang sangat baik. Sebaliknya, dua kelompok lainnya merasa sangat buruk sejak malam pertama penelitian. Setelah malam kedua berlalu, kelompok kedua dengan total tidur 5 jam dan sering dibangunkan, merasa kondisinya paling buruk, baik secara fisik maupun psikologis.
Baca: Bayi Biru, Waspada Menderita Kelainan Jantung
Hasil penelitian ini lalu dipublikasikan dalam jurnal Sleep. Dalam jurnal tersebut dikatakan, setelah melewati beberapa malam, responden dalam kelompok kedua merasa kurang ceria, kurang ramah, kurang empati, dan lebih mudah lelah.Para ilmuwan memperkirakan, hal ini disebabkan karena mereka kurang mendapati “gelombang lambat” saat tidur, yaitu waktu-waktu di mana otot dan otak memasuki fase paling rileks dalam tidur.“Ketika tidur Anda sering terganggu sepanjang malam, Anda tidak memiliki kesempatan untuk mencapai titik paling rileks yang merupakan kunci untuk meningkatkan energi dan mood. Ini kerap terjadi pada orangtua baru, para pekerja layanan 24 jam, maupun penderita insomnia. Kini Anda dapat membayangkan betapa sulitnya untuk merasa bugar bila tak mampu mendapatkan tidur nyenyak hampir setiap malam,” kata penulis utama penelitian Patrick Finan.
Sumber: Kompas