Jangan Lakukan Ini Pada Bayi, Ini Daftar Kesalahan yang Sering Orangtua Lakukan Tanpa Disadari

By Puri, Jumat, 29 September 2017 | 05:00 WIB
Jangan Lakukan Ini Pada Bayi! (Puri)

Nakita.id - Dalam merawat si buah hati, tak jarang orangtua melakukan kesalahan tanpa disadari, yang bisa berdampak tak baik untuknya. Oleh karena itu, inilah beberapa “pantangan” yang sebaiknya dipatuhi Ibu dan Ayah demi kebaikan si buah hati. 1. Memberikan kunci dan barang lain sejenis sebagai mainan. Semua benda yang terdapat di lingkungan sekitar bayi adalah hal menarik untuk dieksplorasi, termasuk  kunci. Tapi inilah uniknya, di Indonesia, entah dari literatur mana diambil, tak sedikit orangtua yang memberikan kunci sebagai mainan untuk bayi.

Padahal, kunci berisiko dimasukkan ke dalam mulut oleh bayi. Bahaya lainnya, kunci biasanya mengandung timah walaupun kadarnya rendah.

Nah, jika kunci sampai digigit-gigit oleh si kecil, tentu timah bisa masuk ke dalam tubuh. Padahal, timah merupakan salah satu faktor penyebab penurunan IQ hingga kerusakan otak.

(Baca juga : 4 Kesalahan Orangtua Yang Membuat Anak Jadi Pembangkang) 2. Membiarkan bayi bermain sendiri. Sekali pun di rumah, tetap saja tak boleh membiarkan bayi bermain sendirian. Ingat, banyak hal yang dapat membahayakan bayi di rumah. Oleh karena itu, setiap kali bayi bermain diperlukan pengawasan orangtua. 3. Membekali bayi dengan empeng. Umumnya, orangtua membekalkan empen pada bayinya dengan tujuan  untuk menenangkannya. Kalau sudah begini, bisa dipastikan orangtua tidak akan dapat mengerti dan mengenali bayinya dengan baik.

Nah, agar hal ini tak terjadi, setiap kali bayi menangis atau rewel, cobalah berusaha mencari tahu apa yang dinginkannya, apa pesan dari tangisannya itu. Satu hal lagi, sering-sering memberikan empeng pada bayi diyakini bisa mengganggu pertumbuhan giginya kelak, semisal jadi tonggos.

(Baca juga : 3 Kesalahan Orangtua Saat Mengasuh Anak, Nomor Satu yang Paling Sering)

4. Membandingkan si kecil dengan bayi lain. Setiap bayi itu unik dan memiliki kelebihan masing-masing. Janganlah kita membanding-bandingkan si kecil dengan bayi lain soal kecerdasan atau pertumbuhannya. Masing-masing bayi tumbuh dan berkembang sesuai kematangannya.

Sepanjang pertumbuhannya masih berada di rentang normal (bisa dipantau dengan panduan KMS/Kartu Menuju Sehat), kita tak perlu cemas. Jadi, tak perlu risau manakala bayi lain sudah bisa merangkak, sementara bayi Ibu belum. Atau, bayi lain BB-nya sudah mencapai 7,8 kg di usia 6 bulan, sementara bayi Mama di usia sama, BB-nya baru 6,8 kg. Sebab, BB bayi Mama masih berada dalam rentang normal, yang sesuai dengan usianya.  5. Membiarkan rumah apa adanya. Rumah kita adalah istana si kecil. Karena dia masih dalam tahap belajar, belum banyak mengetahui mengenai hal-hal yang berbahaya, maka sesuaikanlah kondisi rumah dengannya.

Seperti: tidak terlampau banyak furnitur, barang pecah belah simpan dahulu di gudang, tidak menyimpan benda di atas meja, tidak memasak taplak di atas meja karena mudah ditarik dan bayi bisa terjatuh, membungkus ujung-ujung runcing/menyudut setiap benda yang ada di rumah, memindahkan terminal dan setop kontak listrik ke tempat tinggi, menempatkan barang-barang elektronik dan obat-obatan di tempat yang tak bisa dijangkau si kecil.

(Baca juga : 5 Kesalahan Orangtua yang Membuat Anak Menjadi Tidak Disiplin) 6. Mengguncang bayi. Tujuannya mungkin ingin bermain dengan bayi dan membuatnya tertawa senang. Tapi tahukah, menurut penelitian di Jerman, bayi yang masih sangat muda belum bisa menahan kepalanya sendiri karena otot lehernya yang lemah.

Jadi, jika ia menerima guncangan-guncangan, kepalanya akan tersentak ke depan dan belakang. Goyangan/sentakan ini yang mengakibatkan kerusakan otak serta perdarahan di dalam otak dan pada permukaan otak.     7. Meminta dokter meresepkan antibiotik. Di negara maju, masyarakatnya akan kaget dan mempertanyakan banyak hal jika bayinya diresepkan antibiotik oleh dokternya. Tapi kita sering kali justru merasa belum ke dokter jika si kecil tidak mendapatkan “oleh-oleh” resep antibiotik dari dokternya. Ingat, antibiotik bukanlah obat dewa, bukan obat sakti. Antibiotik tidak akan mempan untuk membunuh virus.

Antibiotik hanya ampuh untuk membunuh kuman/bakteri. Jadi, jika si kecil sakit panas, batuk, flu, muntah, kondisinya tidak akan menjadi baik jika mengonsumsi antibiotik. Justru sebaliknya, kondisinya akan memburuk. Sebab, kuman-kuman baik yang ada di dalam tubuhnya ikut terbunuh oleh antibiotik. Keseringan mengonsumsi antibiotik juga bisa menyebabkan kuman/bakteri menjadi kebal. Akibatnya, saat bayi perlu antibiotik, harus diberikan antibiotik yang lebih kuat dan mahal pula harganya.

(Baca juga : 4 Kesalahan Orangtua Saat Mengajarkan Anak Berjalan) 8. Serampangan memberi dosis obat. Walau obat bebas atau suplemen, kita tetap harus memberikannya kepada bayi sesuai dengan petunjuk dan aturan pakai yang tertera pada kemasan. Ingat, obat itu racun dalam jumlah kecil.

Satu hal lagi, dosis obat si kecil tidak sama antara bayi satu dengan lainnya, karena penentuan dosis obat itu diukur dari usia, BB bayi saat itu, dan penyakit yang dideritanya. Selalu berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter adalah langkah yang bijaksana.