Kapan Boleh Menggendong Bayi?

By Faras, Sabtu, 28 Juni 2014 | 13:00 WIB
Kapan Boleh Menggendong Bayi? (Faras)

Bayi sedang berada dalam tahap attachment alias lengket pada orang terdekatnya, terutama kedua orangtuanya. Tak heran, jika bayi terlihat ingin digendong terus. Namun tentu kita sepakat terlalu sering menggendong bayi juga kurang baik karena bisa menghambat berbagai kemampuan yang dimiliki. Eksplorasi bayi terhadap lingkungan jadi terbatas dan keterbatasan ini akan menyebabkan perkembangan si kecil tertinggal. Contoh, gara-gara kebanyakan digendong, bayi berusia 8 bulan belum juga bisa merambat. Bayi yang terlalu banyak digendong juga cenderung berkembang menjadi pasif. Kepasifan ini bisa bertahan sampai dewasa yang terlihat dari sikapnya yang penakut serta peragu dalam mencoba segala sesuatu. Di masa depan, anak yang terlalu sering digendong di masa bayinya memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sosok sentralnya.Untuk itu, berikan kesempatan kepada bayi untuk melakukan eksplorasi demi mengasah potensinya. Bukankah untuk mencapai suatu kemampuan bayi harus melalui proses belajar, berlatih, mencoba dan mencoba, serta berulang kali bangun dari kegagalan?Namun bukan berarti bayi tidak boleh digendong, lo. Tentu boleh karena menggendong juga memiliki banyak manfaat. Justru ada beberapa situasi dan kondisi yang memang mengharuskan si bayi digendong, antara lain:• Bila memang tidak memungkinkan melepaskan bayi sendirian, seperti di pesta, mal, restoran, atau tempat-tempat ramai dan membahayakan. • Ketika bayi membutuhkan rasa aman yang bisa terdeteksi dari tangisan dan mimik wajah maupun bahasa tubuh. • Saat bayi takut terhadap sesuatu, menggendongnya jauh lebih baik ketimbang mendiamkannya yang bisa berakibat fatal. Dalam kondisi ekstrem, bayi bisa tumbuh jadi penakut atau mengalami trauma. • Waktu bayi membutuhkan rasa nyaman, menggendongnya bisa membantunya kembali tenang setelah mengalami kejadian tak menyenangkan. Contoh,  setelah disuntik imunisasi.