Ketika Anak Menjengkelkan

By Ipoel , Jumat, 7 Februari 2014 | 03:00 WIB
Ketika Anak Menjengkelkan (Ipoel )

TabloidNakita.com – Saat masih kecil alias  bayi, si kecil begitu lucu. Ia juga belum banyak berulah dan menjengkelkan. Tak heran banyak orangtua happy mengajaknya bermain. Tapi, lihatlah saat ia besar dan menginjak batita. Banyak orangtua yang pusing karena banyak sekali ulahnya yang sangat menjengkelkan.

        Ada banyak perilaku menjengkelkan seperti membuka tutup pintu lemari dapur atau kulkas tanpa sebab yang jelas, menolak memakan potongan pisang yang sudah rutin jadi camilannya, tak mau dengar saat dipanggil, semua keinginannya ingin dituruti, dan masih banyak lagi.

        Berikut beberapa perilaku menjengkelkan itu beserta cara mengatasinya:

Siapa yang tidak menjengkelkan dengan sikap ini. Batita juga seperti kita yang mempunyai hal favorit, termasuk buku favorit. Pun seperti halnya kita, batita memiliki perilaku repetitif (mengulang-ngulang) dan ia punya alasan tertentu saat melakukannya. Batita mulai memahami, ada beberapa hal yang bisa diandalkan dan hal ini membuat mereka merasa aman.

Untuk diketahui, pengulangan membantu batita menajamkan fokusnya dalam mengasah keterampilan tertentu. Jadi, meskipun membaca dongeng yang sama sebelum tidur membuat orangtua bosan, si batita sebenarnya tengah mempelajari kata-kata baru, mengetahui makna gambar, dan mengingat urutan kejadian. Jadi sabar saja ya bila ia minta bacaan yang itu-itu lagi.

Duh, pegalnya bila harus menggendongnya seharian. Pasti menjengkelkan bukan? Inilah keunikannya batita, yang masih dalam tahap peralihan dari ketergantungan pada orangtua dan mandiri. Jadi perilaku menjengkelkan batita, seperti minta digendong ini lebih karena dirinya masih tergantung pada orangtua.

Karena itu, kita sering menghadapi batita menjengkelkan yang minta digendong lalu tiba-tiba minta turun, lalu bereksplorasi ke sana kemari. Eh tak berapa lama, mendadak ia minta digendong lagi. Begitu seterusnya. Nah, kala minta digendong, sejatinya dia merasa belum percaya diri. Saat bereksplorasi, mungkin saja ia tertarik dengan banyak hal yang ditemui di lingkungannya, meski begitu dia masih takut-takut, sehingga meminta digendong lagi. Tapi setelah rasa amannya kuat, aktivitas itu tak lagi dilakukan batita.  

Duh, menjengkelkan bukan bila dia meniru apa yang kita katakan atau lakukan. Orangtua adalah tokoh utama dan sentral bagi batita. Sebab itu, ia senang sekali meniru apa yang dilihatnya dari orangtua. Misal, orangtua suka bergadget ria, maka ia pun tertarik untuk memencet-mencetnya saat melihat gadget-nya “nganggur”. Hal penting yang perlu diketahui, meniru adalah bagian dari proses belajar anak.

Sebagian batita ada yang ingin lebih dekat dengan papa, sehingga kerap membuat para mama iri. Di sini, perilaku ini menjengkelkan buat mama, tapi menyenangkan buat papa.  Sejatinya, perilaku itu tidak berarti ingin mengabaikan sang mama.  Ingat, lo, batita belum memiliki kepekaan, ia telah menyakiti perasaan ibu atau mengabaikan perasaan ibu. Mereka masih fokus pada kebutuhannya sendiri.

Perilaku itu muncul karena anak menyadari, mereka mendapatkan hal yang berbeda dari masing-masing orangtua. Ibu biasanya lebih mengayomi dan memberikan ketenangan, sementara ayah umumnya lebih suka bermain. Kalaupun ia lengket dengan sang papa, mungkin anak kangen dengan sosok ayah, yang dalam keseharian lebih sering bekerja. 

Zali

Sumber: Republika; 14122008.