Nempel Mama Terus? Telusuri Penyebabnya

By Ipoel , Jumat, 6 Desember 2013 | 03:00 WIB
Nempel Mama Terus? Telusuri Penyebabnya (Ipoel )

pernah enggak sih si kecil maunya nempel terus seperti perangko ke Mama. Semua kebutuhannya ingin dipenuhi Mama. Dari mandi, sarapan, buat susu, sampai ngelonin tidur, ya harus bunda. Akhirnya demi menghindari kerewelan buah hatinya itu, meski harus pontang-panting kewalahan, Mama terpaksa memenuhi tuntutan tersebut. Bagaimana bila Anda harus menghadapi kasus yang sama?

 

TIDAK ATASI MASALAH

 

Perlu diketahui, solusi yang diambil Anis memiliki plus dan minus. Kelebihannya, dengan membiarkan anak bergantung terus pada ibu, si anak memang jadi tidak rewel. Sementara kekurangannya, cara ini tidak mengatasi masalah sampai akarnya.

Justru solusi seperti itu menyimpan berbagai dampak negatif. Lama-kelamaan si ibu (dalam hal ini Anis) akan mengalami kelelahan dan tidak bisa memiliki waktu untuk beristirahat atau melakukan aktivitas yang lain. Kemungkinan lain, si ayah merasa terabaikan karena si batita tak mau melakukan aktivitas apa pun bersamanya.

Buat si batita (Ira) sendiri, selalu bergantung pada satu orang akan menutup kesempatannya untuk mengembangkan kepercayaan serta melebarkan sosialisasi kepada orang-orang lain di lingkungan sekitarnya.

 

PRIBADI SULIT

        

Jadi apa yang harus dilakukan? Yang jelas perilaku ini perlu dikoreksi. Masalahnya, terkadang para ibu tak menyadari kondisi ketergantungan ini karena menganggap wajar bila si batita selalu membutuhkan ibunya.

Untuk membedakan dari keterikatan yang normal, mudah kok. Kalau si batita sudah sama sekali tidak mau dilayani oleh orang lain, maunya sama ibu terus seperti kasus Ira tadi, nah, ini sudah bisa dijadikan “alarm”.

Bila perilaku ketergantungan pada ibu ini dibiarkan terus-menerus, selain membuat anak menjadi tidak percaya pada orang lain, ia juga terancam tumbuh menjadi pribadi yang sulit mengambil keputusan sendiri saat berada pada situasi tertentu.

 

APA PENYEBABNYA?

      

Ketergantungan batita pada sosok ibu, bisa jadi lantaran ia menganggap hanya ibulah satu-satunya yang mampu membentuk rasa nyaman dan aman dalam dirinya. Kondisi ini bisa terkait dengan kecilnya porsi keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan perawatan sewaktu anak  masih bayi.

Mengapa ayah tidak terlibat dalam pengasuhan? Umumnya bukan karena ayah tidak mau, namun lebih disebabkan oleh kehawatiran ayah akan “menyakiti” bayi karena bayi dianggap sebagai makhluk mungil yang rentan. Saat ayah mencoba menggendong bayi, ayah merasa cemas.

Nah, kecemasan itu malah menular kepada si bayi. Dari situ memori anak merekam bahwa sang ayah tidak mampu membuatnya merasa nyaman. Rasa ketidakpercayaan pada ayah ini menyebabkan anak lebih senang melakukan berbagai aktivitas bersama ibu.Jadi, ayah cobalah lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak.