TabloidNakita.com- Salah satu cara untuk melatih konsentrasi anak adalah dengan melatih gerakan koordinasi mata-tangan. Sebab, gerakan ini lebih kompleks karena membutuhkan pematangan organ-organ motorik dan kerja sama antara beberapa bagian tubuh. Salah satu contoh perkembangan koordinasi mata-tangan yang baik adalah ketika anak belajar membereskan mainannya, ia dapat memasukkan mainan–mainannya ke dalam kotak dengan tepat.
Untuk mengembangkan koordinasi mata-tangan ini, menurut Seni Septiani Sanusi, Psi., psikolog dari Ramaniya, Jakarta, ada banyak aktivitas sehari-hari yang bisa dimanfaatkan, seperti bermain bola, pasel, susun balok, mewarnai, menggunting, dan lainnya. Dalam stimulasi ini yang terpenting adalah pengalaman anak menggerakkan jemari tangannya saat meraih atau memanipulasi objek yang ia lihat menjadi suatu gerakan yang terarah. Ini penting karena dasar bagi anak mengerjakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
BERMAIN LEMPAR BOLA
Bermain lempar bola mampu mengembangkan koordinasi mata-tangan. Saat melempar bola, bukankah anak harus mengarahkan ke sasaran dengan tepat? Awalnya, bermain lempar tangkap bola dilakukan dalam posisi duduk di lantai, karena umumnya anak batita belum seimbang kalau harus melempar bola dalam posisi berdiri, apalagi berjalan. Jadi, Anda dan si kecil sama-sama duduk di lantai, saling berhadapan, kemudian saling mengoper bola secara horizontal.
Ukuran bola yang digunakan sebaiknya beragam dari kecil hingga besar, dengan begitu anak terlatih mengukur ketepatan tangan dalam menangkap bola. Bola yang kecil dapat sekaligus dimanfaatkan untuk melatih kemampuan menggenggam. Berikan kesempatan pada si batita untuk menggenggam bola mungil itu dengan satu tangan. Sedangkan bola yang besar bisa melatih koordinasi kedua tangan anak dalam memegang bola.
Pilih bola dari bahan yang empuk dengan tekstur permukaan agak kasar sehingga selain tidak membahayakan saat anak menangkap bola, kedua belah telapak tangannya juga akan terangsang dengan tekstur yang agak kasar itu.
Saat anak berlatih melempar akan lebih mudah jika menggunakan bola plastik ringan berukuran kecil (seukuran bola tenis). Bola ping pong meski ringan dan gampang digenggam namun tidak disarankan mengingat anak-anak batita, khususnya yang berusia 12–18 bulan masih senang memasukkan benda ke mulutnya.
BERMAIN PASEL
Sediakan pasel sederhana sekitar 4—6 keping untuk anak 1—2 tahun dan pasel 6—10 keping untuk si 2—3 tahun. Pilihkan pasel berwarna menarik dan berukuran besar yang bentuknya cukup sederhana. Bentuk pasel yang rumit dengan banyak sudut akan mempersulit anak saat memasukkan keping-kepingnya ke dalam lubang pasel.
Sebelum bermain, berikan terlebih dulu gambaran pasel yang utuh pada anak sehingga ia bisa mempelajari bentuk pasel tersebut dengan lebih baik. Bahwa pasel itu berbentuk sapi, misal, jadi keping kepalanya yang berwarna merah ditaruh di atas, sementara buntutnya yang berwarna hitam ditaruh di bagian belakang. Anak juga bisa dilatih mengenali bagian sudut dari pasel, sehingga terlatih menyusun sesuatu dengan perencanaan terlebih dahulu, tidak sekadar trial and error.
Dibanding pasel jigsaw yang memang lebih sulit karena tidak memiliki bingkai, maka pasel insert yang memiliki bingkai akan lebih memudahkan anak untuk menyusunnya. Namun, bila anak memang sudah mampu menyusun pasel insert, kemampuannya bisa ditingkatkan dengan memberikan pasel jigsaw. Untuk langkah awal dapat diberikan pasel jigsaw 2 keping, setelah itu ditingkatkan menjadi 3—4, dan seterusnya.
Pasel jigsaw lebih menuntut ketelitian dan kemampuan koordinasi mata–tangan. Ingat, selalu berikan gambar contoh akhir pasel yang akan dibuat, sehingga sejak awal di otak anak sudah ada gambaran yang seharusnya ia buat, tidak sekadar trial and error. Ini melatih otak anak bekerja lebih terstruktur.
MENGGAMBAR
Kegiatan menggambar mampu menstimulasi koordinasi mata-tangan dengan baik. Selain dengan krayon, anak bisa diminta menggambar dengan menggunakan kuas dan cat air, selama cat air itu aman untuk anak-anak. Biarkan anak menggambar sesuai keinginannya.
Persiapkan segalanya dengan saksama untuk mengantisipasi bercecerannya cat air, bisa dengan menyediakan kain atau kertas koran sebagai alas menggambar, sementara kuasnya dipilih yang lebar. Jangan sampai anak berpikir, yang penting mengekspresikan keinginan tetapi tidak terarah.
Utami Sri Rahayu