Memahami Bahasa Tubuh Anak

By Ipoel , Jumat, 29 November 2013 | 03:00 WIB
Memahami Bahasa Tubuh Anak (Ipoel )

Di usia batita, anak-anak memang lebih banyak menggunakan bahasa nonverbal. Pada buku Kamus Perkembangan Bayi dan Balita (Jane Chumbley, alih bahasa, Penerbit Erlangga, 2008) disebutkan kurang dari 10% emosi batita diekspresikan dengan kata-kata, tapi lebih dari 90% diekspresikan oleh bahasa tubuh. Hal ini bisa jadi lantaran kosakata si batita masih sedikit, ditambah ia memang belum memahami  nama-nama emosi/bahasa tubuh yang dimunculkannya.

Bahasa tubuh sendiri adalah bahasa yang ditunjukkan oleh gerakan tubuh, seperti tatapan mata, ekspresi wajah dan sentuhan.

Mengapa orangtua perlu memahami bahasa tubuh anak? Sebab seperti yang sudah disinggung sebelumnya, perkembangan bahasa anak batita masih sangat terbatas sehingga ia lebih banyak memanfaatkan bahasa tubuhnya. 

Dampak positif dari memahami bahasa tubuh anak adalah orangtua dapat memahami pikiran serta perasaan si kecil  sehingga hubungan yang terjalin pun semakin dekat. Selain itu, karena merasa dirinya dipahami dan diterima oleh lingkungan, kepercayaan diri anak pun semakin tumbuh.

 

LAKUKAN PENGAMATAN

 

Lalu bagaimana cara kita membaca bahasa tubuh anak? Perlu diketahui, bahasa tubuh bukanlah ilmu pasti, karena itulah diperlukan pengamatan. Cobalah mulai sekarang perhatikan bahasa tubuh anak dengan saksama dalam berbagai situasi. Untuk meyakinkan, tanyakan langsung kepada si batita.  Misal, saat sang buah hati sedang duduk sambil memandang jauh, tanyakan “Adek sedih ya?” Pada awal-awal,  bisa jadi perkiraan orangtua masih meleset karena bahasa tubuh memandang jauh bisa berarti anak sedang bosan. Nah, jalan untuk meningkatkan keterampilan memahami bahasa tubuh anak tak lain dengan meningkatkan pengalaman.

Hindari sikap mengkritik saat batita menunjukkan suatu bahasa tubuh. Contoh, anak yang wajahnya tampak sedih dan kesal karena tidak berhasil meraih mainan yang diinginkanya dikomentari dengan, “Aduh jangan monyong dong mulutnya jadi jelek tuh. Begitu saja kok sampai monyong.” Ucapan semacam itu akan membuat anak merasa tidak dipahami keinginannya. Bila terjadi secara terus menerus dikhawatirkan, ia akan tumbuh menjadi sosok yang tidak percaya pada lingkungan terdekatnya.

Saat batita menunjukkan suatu bahasa tubuh tertentu,  disarankan orangtua untuk menerjemahkan bahasa tubuh itu.  “Adek jangan sedih begitu, sini Mama bantu ambilin.” Dengan demikian, selain anak mengenali beragam emosi yang ada, ia juga dapat mengembangkan kosakatanya. Misal sedih, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.