Anak mana yang mudah diajarkan empati? Nah, menurut psikolog Dra. Nella Safitri Cholid, Psi. dari Quatra Qualita Development Center, Depok, ada beberapa faktor lain yang memengaruhi empati seorang anak. Di antaranya temperamen. Umumnya, anak-anak dengan temperamen mudah (easy children) akan lebih gampang ditumbuhkan empatinya dibandingkan anak bertemperamen sulit (difficult children).
Si easy children umumnya merespons suatu perubahan dengan lebih cepat. Mereka juga mudah beradaptasi ketika memasuki lingkungan baru. Karena memiliki perasaan lembut yang moderat, anak-anak ini biasanya selalu berusaha menjaga keselarasan lingkungan. Tanpa disadarinya, ia sebenarnya telah berempati karena telah berusaha memahami posisi orang lain.
Sebaliknya, emosi anak-anak bertemperamen sulit biasanya lebih mudah tersulut. Akibatnya, ketika memasuki lingkungan baru, adaptasinya agak lambat. Umumnya, anak-anak tipe ini tidak mau tahu akan kondisi di sekitarnya dan hanya mengutamakan kepentingannya sendiri. Sifat ini tentunya akan mempersulit si anak mengembangkan empati.
Lingkungan juga memberikan pengaruh besar dalam mengembangkan empati anak. Lingkungan yang baik akan mendukung dan sejalan dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan pada anak sebelumnya. Sebaliknya, lingkungan yang buruk justru berpeluang mengikis rasa empati anak. Contoh, anak yang sudah terbiasa dengan budaya antre tiba-tiba memasuki lingkungan yang mengabaikan aturan tersebut. Bisa-bisa, kebiasaan antre yang telah terbentuk sebelumnya pun sirna.
Lantaran itulah, bimbingan dan pengarahan dari orangtua amat dibutuhkan agar sikap si batita yang sudah bijak tidak lagi tergoyahkan oleh apa pun. “Jangan lupa berikan penjelasan mengapa sikap itu yang harus diambil. Jangan bosan dalam menanamkannya karena anak usia batita masih membutuhkan proses dalam memahami sesuatu. Tentu penjelasan itu mesti dibarengi dengan contoh langsung dari orangtua,” saran Nella.
Semoga si kecil dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat, dan baik hati!
Utami Sri Rahayu