Agar Kakak Sayang Adik

By Ipoel , Minggu, 3 November 2013 | 07:00 WIB
Agar Kakak Sayang Adik (Ipoel )

LIBATKAN SEJAK KEHAMILAN

 

Adakah cara menyiapkan si batita agar dapat menerima adik bayinya nanti? Kalau menurut Psikolog Wining Rohani, MSi.,.,bila saat ini si ibu sedang berbadan dua, sementara si kakak masih batita, ini adalah saat yang tepat untuk mempersiapkan si kakak.

“Di saat santai berdua, jelaskan dengan bahasa sederhana, mengapa perut mamanya kini membuncit, yakni ada adik bayi di dalamnya. Semakin dini dijelaskan, semakin banyak waktu untuk si batita menerima penjelasan tersebut. Sekali waktu lewat penjelasan langsung, lain waktu penjelasan bisa dilakukan dengan media buku cerita atau film,” kata psikolog Sanggar Kreativitas Bona ini.

Untuk memperjelas pemahaman si batita, sesekali ajak dia menengok kerabat/tetangga yang baru melahirkan. Jelaskan bahwa tak lama lagi ia akan punya adik bayi seperti itu. Ulang-ulang terus kalimat bahwa adik bayi itu harus disayangi seperti halnya mama-papa menyayanginya. Nanti menjelang persalinan, jelaskan bahwa minggu depan mamanya harus menginap di RS selama beberapa hari, ia tak perlu sedih karena nanti di rumah ada papa/kakek/nenek/om atau tante yang menemani. Lalu ketika mama pulang, akan ada hadiah terindah, yakni adik bayi untuknya.

Persiapan-persiapan menerima adik juga dapat dilakukan lewat hal-hal lain. Kalau selama ini ia biasa dipanggil “Adik”, segera biasakan untuk memanggilnya “Kakak”. Meski sederhana, hal ini akan membuatnya segera beradaptasi dengan kondisi barunya.

Begitu juga kebiasaan seperti minta gendong, tidur/bermain harus ditemani, menangis kalau minta sesuatu tidak segera terpenuhi, dan sebagainya. Berikan penjelasan bahwa dengan perut yang membesar, tidak mungkin mama menggendongnya lagi, itu akan membuat mama dan adik bayi sakit. Tidur pun tidak harus berdua dengan mama, lebih bagus lagi kalau ia mulai dilatih tidur pisah kamar sambil terus mengembangkan kemampuan kemandirian lainnya.

 

SAYANG ADIK

 

Ketika persalinan tiba, ajak si batita menjenguk mama dan adiknya. Tunjukkan bahwa bayi kecil itu adalah anggota keluarga yang baru. Izinkan ia menyentuh/menciumnya.

Sering kali saat menengok bayi, semua perhatian tamu terpusat padanya sehingga si kakak merasa terabaikan. Bila memungkinkan, simpan beberapa mainan/buku/cokelat kesukaannya. Berikan bersamaan dengan kado yang diberikan pada bayi, sehingga tidak hanya si adik yang mendapat hadiah dari tamu, kakak pun mendapatkannya. Kalau anak termasuk “suka tampil”, berikan kesempatan untuk menunjukkan kebolehannya. Dengan begitu ia pun mendapat pujian/perhatian dari tamu-tamu yang datang.

Selanjutnya, libatkan si kakak saat menyambut kepulangan mama dari rumah sakit, misalnya dengan membuat gambar yang ditempel di kulkas atau memetik beberapa bunga yang ditaruh di vas, dan sebagainya. Ibu juga bisa melibatkan kakak batita untuk hal-hal sederhana seperti mengambilkan bedak punya adik di atas meja, ikut bersenandung untuk menidurkannya, membawakan buah untuk mama, mengajaknya berjemur di pagi hari bersama adik bayi, dan sebagainya. Intinya, semakin banyak ia dilibatkan dalam berbagai kegiatan bersama adik bayi akan membuatnya makin mudah menerima kehadiran adiknya.

Berikan tanggung jawab sederhana, seperti memberi tahu mama/papa kalau mendengar adiknya menangis, “Maaa… Adik menangis.” Berikan penguatan berupa ucapan terima kasih, “Oh iya Adik menangis. Terima kasih ya sudah ngasih tahu Mama. Kenapa ya Adik nangis, coba kita lihat, apa mengompol ya?”

Di lain sisi, berikan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan bagi batita, sehingga perhatiannya bisa teralihkan dari adiknya. Menghadirkan teman sebaya, baik di lingkungan rumah maupun memasukkannya ke kelompok bermain, akan membuatnya asyik dengan teman-temannya. Sediakan tontonan/bacaan yang menggambarkan peran kakak, dengan begitu ia bisa mencoba belajar apa yang harus dilakukannya. Hal ini juga dilakukan Anggie untuk membantu Serra mengerti posisi kakak-adik dan bagaimana menjalin hubungan yang “harmonis” di antara keduanya.

Orangtua pun harus berbagi peran dengan baik. Kalau si batita minta sesuatu sementara mamanya sedang memberi ASI/istirahat, papa harus siap menggantikannya. Jangan mengabaikannya, pengabaian sekecil apa pun akan membuatnya melakukan banyak hal untuk mendapatkan perhatian. Bila memungkinkan, tak ada salahnya menghadirkan kakek/nenek/anggota keluarga lain untuk menemani kakak, sehingga ia punya teman saat orangtua sibuk mengurus adik bayinya.

Seperti sudah disinggung di atas, sering kali bila adik bayi sudah cukup besar untuk bermain, kemungkinan berebut mainan bisa saja terjadi. Tapi awas, jangan selalu menyalahkan si kakak, “Kakak, Mama bilang apa? Mengalah dong sama Adik, dia kan belum tahu apa-apa.” Ingat, di usia ini batita sedang berada pada fase egosentris, sehingga ia merasa semua adalah miliknya. Cara yang lebih halus, coba dorong dia untuk mau meminjamkan mainannya, “Eh, Kak, coba dipinjemin ke Adik, Kakak coba mainan yang lain, ya.” Kalau ia bersedia melakukannya, berikan pujian, “Wah, pinter ya anak Mama, mau bergantian mainan sama Adik.” Tapi kalau batita tidak mau, jangan dipaksa, carikan mainan lain untuk adiknya. Terus-terusan memintanya mengalah pada adiknya juga kurang bijak.

Semoga dengan cara-cara tersebut akan membantu si batita menerima kehadiran adiknya.

Marfuah Panji Astuti