Cemburu Pada Adik

By Ipoel , Sabtu, 2 November 2013 | 08:00 WIB
Cemburu Pada Adik (Ipoel )

Anggie (27), pemain film “Virgin”, bercerita, saat anak keduanya, Aidan, lahir, si sulung Serra belum genap 3 tahun. Repotnya mengurus dua anak yang masih kecil di negeri orang dirasakan sangat berat. “Yang namanya jealous pasti ada. Tapi karena Serra anaknya agak tertutup, bukannya marah-marah, ia justru makin menarik diri; tidak mau diajak main, tidak mau melihat adiknya. Butuh waktu untuk membuatnya mengerti dan memosisikan diri sebagai kakak,” ungkapnya.

Lain Anggie, lain lagi cerita Yahya (35). Ayah ini berkisah, anak sulungnya yang belum bisa menerima kehadiran sang adik jadi sering bersikap agresif. Kalau adiknya mendekat, ia tak segan untuk mendorongnya. “Saya tidak pernah membiarkan mereka hanya berdua tanpa orang dewasa. Takut kalau si kakak tiba-tiba mendorongnya atau melakukan tindakan lain yang membahayakan adiknya.”

Di keluarga saya juga ada pengalaman serupa, adik bungsu saya dan kakaknya hanya berjarak 13 bulan. Sejak kecil mereka sering diperlakukan laiknya anak kembar, meski yang satu laki-laki, yang satu perempuan. Mereka berbagi mainan yang sama, berteman dengan anak-anak yang sama, bahkan masuk sekolah pun bersamaan. Sampai sekarang masih banyak yang mengira mereka kembar dan mereka tidak berusaha menjelaskannya, selalu alasannya, “Ah, enggak ada bedanya dikira anak kembar atau kakak-adik. Sama saja.”

 

BEREBUT PERHATIAN

 

Kecemburuan yang muncul di usia batita terhadap kehadiran adik sesungguhnya bisa dimengerti. Pasalnya, di usia batita, anak sedang berada pada fase egosentris; ia merasa semua yang ada di sekitarnya adalah miliknya. Terbayang kan, apa jadinya kalau ia harus berbagi mama-papanya dengan adik bayi? Akibatnya beberapa masalah bisa timbul.

* Berebut perhatian.

Batita dan adik bayinya sama-sama masih membutuhkan perhatian penuh dari orangtua.  Oleh sebab itu, ketika ibu sedang fokus pada adik bayi, si batita mencoba merebut perhatian ibunya. Contoh yang mudah terlihat, si kakak jadi berulah seperti menari-narik tangan bunda mengajak bermain saat sang bunda sedang menyusui si adik. Kalau tidak dipenuhi, si batita bakal tambah cari perhatian, misalnya dengan cara menangis atau bahkan mengamuk.

* Berebut mainan.

Adik bayi mempunyai mainan sendiri, tapi tiba-tiba si batita datang merebut, sehingga adik menangis. Bisa jadi, adik bayi merangkak mengambil mainan milik kakak. Adik belum mengerti kalau yang dipegang itu mainan milik kakak, sedang si kakak sedang masanya tidak mau berbagi, sehingga mainan pun direbut lagi oleh kakak. Bisa terbayang hebohnya, kan?

* Dua-duanya masih harus dibantu.

Tak bisa dipungkiri batita sedang mengembangkan kemandiriannya, namun banyak hal yang masih harus dibantu, seperti ke toilet. Sementara si bayi masih bergantung sepenuhnya pada orangtua. Tanpa persiapan yang memadai, pastilah orangtua akan dibuat repot oleh keduanya.

* Berbagi ASI.

Si kakak belum lepas ASI sementara adik bayinya masih sangat membutuhkan. Ibu terkadang bingung, bagaimana menyusuinya? Sebenarnya bila memang memungkinkan dan mencukupi, ASI bisa diberikan pada keduanya. Tapi kalau tidak memungkinkan, prioritas utama untuk si bayi, si kakak harus diusahakan segera disapih.

* Cemburu.

Seperti dicontohkan di atas, bentuk kecemburuan batita pada adik bayinya bisa bermacam-macam. Yang paling berbahaya kalau kakak melakukan tindakan agresif seperti mendorong adiknya. Mau tidak mau orangtua harus memberikan pengawasan penuh pada keduanya atau setidaknya tidak menempatkan mereka dalam satu ruangan yang sama tanpa orang dewasa.