* Pilih pengasuh yang sehat dan aktif. Usia ideal adalah 20—35 tahun, karena batita sedang aktif-aktifnya. Pengasuh yang terlalu muda/tua akan menemui banyak kendala.
* Pilih yang cukup punya pengetahuan, ini bisa dites dengan tanya jawab beberapa hal saat akan menerimanya. Pengasuh se- perti ini lebih mudah diajarkan dan nantinya lebih mudah mengajari anak.
* Lihat tingkah laku dan tutur bahasa si pengasuh. Jangan sampai berperilaku buruk atau berkata kasar karena batita adalah peniru andal. Setiap gerak-gerik/perkataan pengasuh yang tidak benar bisa ditirukannya dengan mudah.
* Pengasuh harus jujur dan bertanggung jawab. Bagaimana pun orangtua harus “memasrahkan” anaknya pada si pengasuh untuk waktu yang relatif panjang setiap harinya. Pengasuh harus jujur memberikan laporan harian seperti anak jatuh, muntah, mau/tidak mau makan, dan sebagainya. Boleh-boleh saja melakukan sidak seperti pulang pada jam yang tidak biasa untuk memantau si pengasuh.
* Bila orangtua mendapati sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilaporkan pengasuh, jangan langsung marah, karena biasanya pengasuh akan defensif. Lebih baik ajak bicara dari hati ke hati dan memintanya supaya hal itu tidak terulang lagi.
* Orangtua harus perhatian dengan perubahan-perubahan kecil pada anak, bagaimana pola bicaranya, apakah mengucapkan bahasa yang kurang tepat, apa ada tanda-tanda lecet yang tidak dilaporkan (di siku, lutut) atau memar (jangan-jangan dicubit). Supaya sama-sama enak, lakukan ini sambil memandikan anak sehingga pengasuh tidak merasa dicurigai.
* Pantau terus tinggi/berat badan anak. Kalau selama ini selalu dilaporkan makannya habis tapi berat badannya tidak bertambah atau anak terlihat kurus, segera pastikan apa yang terjadi atau konsultasi ke dokter.
* Kalau si batita sudah lancar komunikasinya, seringlah me- ngajaknya cerita untuk me-recall memori. “Tadi waktu Mama enggak ada, Adek nangis enggak? Iya? Kenapa?” Kalau anak bicara sambil lalu, misalnya, “Tadi Adek atuh.” Segera tanggapi, “Tadi Adek jatuh? Di mana? Mana yang sakit?”