Memberi kesempatan pada si batita untuk menunjukkan kemandiriannya, bukan berarti orangtua bisa “lepas tangan” begitu saja. Misalnya, kalau terus-terusan dibiarkan makan sendiri tanpa benar-benar “makan yang sesungguhnya”, bisa-bisa si batita kurang nutrisi karena antara makanan yang masuk dengan yang terbuang/tumpah, lebih banyak yang terbuang/tumpah. Untuk itu, pendampingan tetap diperlukan, seperti cara-cara berikut di bawah ini;
* Ingin makan sendiri
Dudukkan anak di kursi makannya (high chair), sediakan piring dan sendok melamin bergambar kartun lucu dengan sedikit makanan. Biarkan ia mulai makan dulu, ketika sedang asyik makan, perlahan suapkan makanan yang sesungguhnya, sambil terus dijelaskan tentang makanan yang sedang “diaduk-aduk” di piringnya. “Ini yang merah namanya apa? Oh iya, wortel, yuk, aaaaa....” Kalau anak mulai menyadari ada piring dan sendok lain yang dipegang orangtua dan ingin dipegangnya, segera alihkan perhatian dengan piring dan sendok makannya sendiri.
Pendampingan juga diperlukan untuk memastikan semua peralatan yang digunakannya aman, misalnya alat makan yang terbuat dari melamin/plastik food grade (aman bahannya) sehingga tidak mudah pecah.
Ayah/ibu juga mengawasi, karena takutnya ia mengambil suapan terlalu besar sehingga bisa tersedak. Untuk memulai belajar makan sendiri, pilih menu sederhana seperti buah atau puding yang telah dipotong-potong kecil ukuran sekali suap.
* Ingin memakai baju sendiri
Saat si batita ingin mencoba, bantu dia dengan membuka semua kancing baju, sehingga dengan mudah ia tinggal memasukkan baju ke tubuhnya. Di usia ini anak baru menguasai kemampuan memasukkan kancing ke lubang yang longgar. Kancing yang terlalu kecil masih menyulitkannya. Jadi, sediakan baju berkancing besar, atau kalau memang kancingnya kecil, bantu ia melakukannya.
Celana yang mudah dikenakannya adalah celana berkaret di pinggang, jadi sediakan yang model itu. Jangan menyediakan celana dengan resleting, karena kemampuan mengancingkan resleting masih belum bisa dilakukannya. Lagi pula, celana beresleting bisa menyebabkan tangannya terjepit saat menariknya ke atas.
* Ingin memakai sepatu sendiri
Kalau si batita ingin memakai sepatu sendiri, sediakan sepatu tanpa tali atau menggunakan perekat velcro. Minta ia duduk saat memasukkan kakinya ke dalam sepatu. Jangan melakukannya sambil berdiri dan membungkuk karena bisa terjengkang akibat keseimbangannya belum sempurna. Setelah kakinya masuk, pastikan perekatnya terpasang sempurna. Di usia ini anak belum bisa mengikat tali sepatu, padahal kalau tidak terikat sempurna, bisa membuatnya tersandung dan jatuh. Jadi kuncinya, jangan memberikan sepatu bertali untuk dikenakan sendiri di usia ini.
* Ingin membantu orangtua
Batita sering kali ikut “heboh” manakala melihat orangtuanya sibuk mengerjakan sesuatu. Ceritanya, ia ingin membantu, namun yang ada malah membuat berantakan. Namun, dukung semangat membantunya dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Misalnya mengambilkan sesuatu yang berada dalam jangkauan, memindahkan sesuatu yang ringan, atau sekadar memintanya memegangi sesuatu. Tugas sederhana ini akan membuatnya tersanjung dan merasa dibutuhkan. Anak juga menjadi mandiri dan berani. Kuncinya, beri ia kesempatan seluas mungkin tetap dalam pengawasan. Anda akan terkejut melihat hasilnya suatu saat nanti!