* Kesal
Rasa kesal sering muncul pada batita yang belum lancar bicara. Ketika minta sesuatu, orangtua tidak memahami maksudnya. Jadilah si kecil berteriak-teriak kesal lalu menangis. Sering, kan, Anda mengalaminya? “Aduh, Adek sebenarnya minta apa sih? Ini mainannya kan sudah Mama ambilkan. Mau yang mana lagi?” Karena tak kunjung klop, Anda pun akhirnya terpancing emosi dan ikut kesal.
Apa yang harus dilakukan?
Orangtua yang terpancing ikut kesal, hanya akan membuat si batita tambah uring-uringan. Ia merasa suasana jadi tidak nyaman. Sudah keinginannya tidak terpenuhi, orangtua malah marah/kesal padanya. Bila itu yang terjadi, coba bicara sekali lagi dengan suara lembut namun tegas, lakukan kontak mata, “Adek mau mainan yang mana, ayo kita cari bersama-sama.” Kalau penyebabnya memang komunikasi yang tidak nyambung, biasanya setelah keinginannya terpenuhi, ia tidak rewel lagi.
Tapi kalau semua keinginan sudah dipenuhi dan anak masih rewel, berarti ada hal lain yang memancing kekesalannya. Coba peluk dia dan ajak bicara dengan lembut, “Kenapa sih anak mama kesal? Tadi kesal ya sama teman di sekolah? Kenapa, mainannya direbut?” Di usia ini orangtua harus membantu anak memahami apa yang dirasakannya, dengan menyebut kata kesal, anak jadi tahu bahwa ketidaknyamanan yang dirasakannya disebut kesal.
* Takut
Ketakutan sering muncul jika si batita berada dalam gelap, melihat dan mendengar petir, melihat binatang tertentu, bahkan ada juga anak batita yang takut hantu. Perasaan takut pada kegelapan muncul karena anak tidak bisa melihat sekeliling dan tidak bisa memastikan apakah orangtua/orang dewasa yang dikenal masih ada di sekitarnya. Ini biasa terjadi begitu mati lampu, batita langsung berteriak panik memanggil orang yang dikenalnya lalu menangis. Takut pada petir karena kilatan yang mengagetkan disertai suara keras. Sedangkan takut pada binatang tertentu atau hantu, umumnya karena mengikuti contoh yang diperlihatkan orang dewasa di sekitarnya.
Apa yang harus dilakukan?
Salah satu cara terbaik untuk menghilangkan rasa takut adalah dengan membicarakannya. Pancing anak untuk mengungkapkan mengapa ia takut pada sesuatu. Jelaskan dengan bahasa sederhana, mengapa hal tersebut tidak perlu ditakutkannya. Misalnya saat mati lampu lalu suasana rumah jadi gelap, jelaskan padanya kalau itu hanya sementara, orangtua tetap ada di dekatnya meski tidak terlihat. Selain itu ia tetap aman karena berada di dalam kamar/rumah. Jangan mengolok-olok ketakutannya, karena hanya akan memperparah keadaan.
Selain itu orangtua harus hati-hati menunjukkan rasa “takutnya” akan sesuatu di hadapan batita. Sebab sedikit atau banyak, sumber ketakutan orangtua inilah yang akan ditiru oleh anak. Contohnya, orangtua yang takut kecoak, cecak, hantu dan sebagainya, yang ditunjukkan terang-terangan di depan anak, akan membuatnya berpersepsi bahwa hal-hal tersebut memang menakutkan. Jadi, meski orangtua merasa takut akan sesuatu dan tidak bisa mengatasinya, sebaiknya tidak ditunjukkan di depan anak.
* Sedih
Batita sedih bila dirinya merasa kehilangan. Misalnya orangtua harus tugas ke luar kota selama beberapa hari, nenek/kakek pulang ke kampung setelah berkunjung, atau ia harus berpisah dengan pengasuhnya. Memang, seiring dengan bertambahnya usia, ia akan belajar bahwa perpisahan adalah bagian dari kehidupan manusia. Namun di usia batita, rasa kehilangan yang ditunjukkan adalah rewel/menangis.
Apa yang harus dilakukan?
Ajak anak bicara dan berikan penjelasan dengan bahasa sederhana bahwa orangtuanya hanya beberapa hari ke luar kota, kakek/nenek harus pulang kampung tapi nanti kita bisa gantian mengunjunginya, atau si Mbak yang tak lagi bisa bersamanya. Umumnya di usia ini perhatiannya masih sangat mudah teralihkan. Tak ada salahnya kalau waktu tugas ke luar kota, orangtua membelikan mainan baru yang akan menyibukkannya sehingga tidak rewel. Atau tunjukkan foto-fotonya waktu berkunjung ke rumah kakek/nenek, pancing ia untuk bercerita betapa menyenangkannya selama di sana. Intinya untuk menghilangkan kesedihannya adalah dengan mengalihkan perhatiannya.