Ajak Batita Nonton Sirkus

By Ipoel , Kamis, 25 Juli 2013 | 03:00 WIB
Ajak Batita Nonton Sirkus (Ipoel )

Tak sedikit orangtua ragu ketika ingin mengajak batitanya menonton suatu pertunjukan. Takutnya, si batita nanti enggak bisa duduk diam atau malah rewel, bahkan menangis minta pulang sementara pertunjukannya belum usai. Terlebih jika usianya di bawah 2 tahun, anak juga belum dapat memahami makna suatu pertunjukan. Beda dengan anak batita akhir  yang berusia di atas 2 tahun, ia sudah bisa diajak berdialog, mengungkapkan keinginan, keluhan, dan sebagainya, sehingga dapat mengatakan apakah acara yang ditontonnya itu disukai atau tidak. Tak hanya itu, si batita akhir pun umumnya sudah mengerti dan menikmati pertunjukan atau tontonan yang memang diperuntukkan bagi anak-anak balita. Setelah menonton, anak diharapkan bisa menceritakan kembali apa yang telah dilihatnya walaupun tidak runtut atau detail.

Kendati demikian, bukan berarti anak batita di bawah 2 tahun tak dapat diajak menonton suatu pertunjukan, seperti pentas lumba-lumba, operet anak, sirkus, dan lainnya. Kalaupun ia kemudian rewel atau ingin pulang, ikuti saja. Tak perlu harus sampai acaranya selesai karena memang kegiatan ini hanya sebagai pengenalan suasana. Namun begitu, sebelum mengajak si batita menonton suatu pertunjukan, orangtua perlu menyiapkannya lebih dahulu. Seperti apa? Berikut tipnya:

1. Pastikan pertunjukannya memang untuk anak.

Pertimbangkan apakah si kecil tertarik dengan acara tersebut, apakah ia mengerti dan akan menikmati apa yang akan dilihatnya nanti. Jadi, pastikan tempat yang kita tuju adalah pertunjukan yang memang disajikan untuk anak-anak.

2. Antisipasi ketakutan anak.

Cari tahu, apakah anak takut pada atraksi binatang, badut, atau apa pun yang ada di pertunjukan. Dengan antisipasi seperti itu, orangtua bisa memilih pertunjukan yang tepat. Begitu juga ketika ingin mengajak si batita menonton di bioskop. Bila anak takut gelap, tentulah dia akan kaget dan langsung menangis begitu lampu-lampu dipadamkan, bahkan bisa jadi ia akan rewel dan minta pulang lantaran takut.

3. Perhatikan jam dan lama pertunjukan.

Pilih jadwal pertunjukan yang tidak bersamaan dengan jadwal tidur si kecil, agar ia tidak mengantuk dan rewel di saat menonton. Pertunjukan untuk anak seharusnya tidak terlalu panjang, agar anak tidak kelelahan dan keburu bosan. Selain itu, rentang konsentrasinya juga sangat terbatas. Jika pertunjukannya terlalu lama, bukan suasana menyenangkan yang muncul, tapi justru kerewelan karena anak tidak tahan berdiam diri, ingin jalan-jalan, jenuh, dan sebagainya.

4. Sebelumnya berikan gambaran.

Sebelum mengajak anak menonton, berikan gambaran lebih dahulu seperti apa tontonan yang akan disaksikan nanti. Promo acara di media cetak maupun televisi bisa ditunjukkan  kepadanya. Sebelum berangkat, ceritakan tentang aktivitas yang akan dilakukan. “Nak, kita mau melihat pertunjukan lumba-lumba di Ancol...” Tunjukkan foto atau boneka lumba-lumba agar anak mendapatkan gambarannya. Jelaskan sekilas seperti apa jalan acaranya, di mana dan seperti apa kira-kira suasana di tempat pertunjukan. Jelaskan pula bagaimana sikap yang diharapkan dari anak kala menonton pertunjukan, misalnya ia harus duduk di deretan bangku penonton, tidak boleh jalan mondar-mandir berkeliaran, atau teriak-teriak.

5. Ajak anak berdialog.

Sebelum membeli tiket masuk, tanyakan sekali lagi padanya apakah ia mau menonton pertunjukan. Kalau ia menjawab tidak mau, jangan lantas dipaksa masuk. Tanpa kesepakatannya, di dalam tempat pertunjukan bisa-bisa ia malah rewel dan membuat kegaduhan.