Mengenalkan angka dan abjad pada usia batita dapat memperkuat fondasi atau kematangan akademik di kemudian hari. Syaratnya, cara mengenalkannya harus dengan bermain yang menyenangkan karena angka dan abjad belum menjadi sebuah tuntutan untuk dikuasai pada usia ini. Selain itu, lihatlah indikator belajar yang ada pada si kecil. Jika ia tampak tertarik dan menikmati stimulasi seputar angka dan abjad, nah itulah saatnya dikenalkan. Indikator belajar pada anak batita meliputi tiga hal:
* Masa ekplorasi.
Rasa ingin tahu si kecil sedang tinggi-tingginya. Ia mengeksplorasi apa saja di seputar lingkungannya. Selain perkembangan motorik dan persepsinya juga semakin matang, sehingga boleh saja dikenalkan angka dan abjad.
* Kemampuan bahasa.
Perkembangan bahasa juga meningkat dimana anak mulai mengenal nama-nama benda/sesuatu di sekitarnya. Di usia 1—2 tahun perbendaharaan kata mencapai kurang lebih 50 kata. Di usia 2 tahun, anak mulai dapat menyusun kalimat sederhana meski masih terdiri atas 2 kata. Selanjutnya, di usia 2—3 tahun, perbendaharaan katanya semakin kaya dan anak pun mulai bisa menyusun kalimat yang terdiri atas 3 atau lebih kata. Orangtua dapat mengenalkan angka dan abjad sekaligus mengasah kemampuannya berbahasa.
* Mampu menyerap informasi.
Di usia batita, anak juga mulai dapat menerima informasi sebagai hasil dari fungsi-fungsi indra yang semakin berkembang dan tingkat pemahaman yang semakin maju.
Simbol berupa angka dan abjad sebenarnya mengandung bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, garis lengkung, garis lurus, vertikal, horizontal, segitiga, persegi panjang, dan sebagainya. Bentuk-bentuk ini ada baiknya dikenalkan dulu pada si kecil melalui berbagai benda di rumah dan mainan-mainannya. Tentu saja pengenalan bentuk itu tak perlu dilakukan secara khusus, cukup secara sambil lalu ketika anak sedang memegang benda tertentu atau lewat gambar-gambar di buku. Pada dasarnya anak batita memiliki daya tangkap yang luar biasa. Bahkan kita sering dibuat terkejut atas kemampuannya menangkap informasi yang diterimanya sambil lalu.
Yang penting, perhatikan bagaimana anak memberi respons terhadap sesuatu, sehingga stimulasi yang diberikan tidak malah berlebihan dan membuatnya jenuh. Angka “1, 2, 3” atau huruf “a, b, c” sudah cukuplah. Woro berpesan, pengenalan sebaiknya dimulai dari angka dulu, baru kemudian huruf yang merupakan penunjang untuk kemampuan membaca kelak. Namun, keduanya bisa juga dikenalkan berbarengan.
Seperti apa saja caranya? Pastinya, tak boleh ada paksaan, harus dibuat senyaman dan semudah mungkin, serta diajarkan sambil bermain supaya anak tidak bosan. Dengan begitu, rasa ingin tahu si batita yang demikian tinggi tetap dapat terpuaskan. Tentunya, orangtua harus bersabar dan santai. Bila anak bosan atau terlihat kurang berminat, segera ganti dengan aktivitas lain.
Kesimpulannya, kalau anak belum menunjukkan ketertarikan pada angka dan abjad di usia batita, ya tak masalah. Bersikaplah biasa saja, sambil terus melakukan stimulasi tanpa mengharap respons tinggi darinya. Tunggu saja, si kecil akan bertanya tentang abjad dan angka pada waktunya.