Mungkin kita pernah lihat polah si batita yang boleh dibilang “ekstrem”, misalnya koprol, memutar-mutarkan badan, memanjat atau berdiri di atas meja tamu, menungging sambil melihat dari kolong kaki, naik tiang jemuran, jumpalitan di lantai seperti akrobat dan sebagainya. Celakanya, kalau kita larang, eh aksinya makin menjadi, atau dia malah ngambek. Kalau dilarang, tingkahnya semakin menjadi. Di sisi lain, kita khawatir ia akan terjatuh, kejedug, terpeleset, atau bahkan terkilir. Nah, untuk menghindari berbagai kemungkinan risiko tersebut, ada beberapa hal yang perlu orangtua perhatikan.
Melarang dengan penjelasan
Sejauh kegiatannya tidak terlalu membahayakan sekaligus diawasi, tak perlu dilarang. Misal, ia koprol di atas kasur, dengan begitu rasa penasarannya “seperti apa koprol itu” dapat terpenuhi. Kalau dirasa perlu, boleh saja kita bantu ia melakukan gerakan koprol agar ia merasakan sensasi yang berbeda ini, tentu dengan hati-hati. Kalau hendak mengingatkan atau memberi tahu bahwa kegiatannya itu berbahaya, sebaiknya dilakukan dengan penjelasan dan nada suara yang tenang. Jadi anak tahu kenapa ia tak boleh melakukan hal itu. Adakalanya orangtua terkesan berteriak ketika melarang si batita melakukan aksi ekstrem tersebut. Hal ini justru membuatnya kaget dan malah berisiko menimbulkan cedera. Ketika ia sedang panjat tiang jemuran, misal, boleh jadi ia terjatuh melepaskan pegangan karena kaget mendengar teriakan orangtuanya. Akan lebih baik bila orangtua memegangi anak dan memintanya turun. Katakan, tindakan itu bisa membuatnya terjatuh dan cedera.
Intinya memang bukan bermaksud melarang karena justru ia makin penasaran dan makin ingin mencoba. Lagi pula, kalau selalu dilarang, ia malah menjadi anak yang peragu, takut kalau melakukan sesuatu jangan-jangan dianggap salah dan dimarahi. Dalam hal ini, keterampilan membujuk si kecil dibutuhkan dengan bahasa yang sederhana, sehingga ia paham bahwa perilakunya itu bisa menimbulkan risiko atau efek buruk. Selain itu, orangtua juga harus konsisten ketika mengutarakan larangan. Jangan sampai hari ini dilarang, tapi besok anak dibolehkan/dibiarkan.
Waspadai gerak-geriknya
Selincah apa pun gerakan atau aktivitas si kecil, mau tak mau kita harus mewaspadai polahnya itu. Pasalnya, bukan tak mungkin justru mengundang risiko cedera. Ketika memutar-mutarkan badan, karena setelah itu merasa pusing, ia pun terhuyung-huyung dan membentur/terantuk benda di sekitarnya, entah itu tembok, meja, kursi yang notabene benda keras. Tentu hal ini bisa membuat si kecil cedera, baik lebam maupun memar. Bila kemungkinan polah si kecil ini tampak berlebihan, semisal naik ke atas meja tamu sambil lompat/loncat-loncat apalagi itu meja kaca, segeralah dihentikan atau dicegah.
Beri pemahaman
Berikan pemahaman mengenai kegiatannya, mana yang boleh dan tak boleh dilakukannya. Contoh, tak boleh naik ke atas meja kaca tamu, selain tidak sopan juga berbahaya karena kaca meja bisa pecah dan akan mencederainya. Jelaskan juga, di mana sebaiknya gerakan itu dilakukan: guling-guling dan koprol di lakukan di atas matras/kasur bukan di lantai; kalau main panjat-panjatan, bergelantungan, bisa dilakukan di sekolah yang menyediakan permainan itu atau di tempat bermain yang keamanannya diperhatikan. Intinya, buatlah kesepakatan, boleh dilakukan asal ada syaratnya.
Biarkan anak merasakan konsekuensi
Bila si kecil menabrak atau membentur tembok, meja atau kursi lantaran tak bisa mengontrol tubuh akibat berpolah memutar-mutar badan, beri tahukan konsekuensinya. “Sakit ya, Sayang? Itu karena kamu mutar-mutar badan, apalagi terlalu kencang.” Awalnya anak tak tahu akan risiko, tapi setelah mengalami sendiri badannya terbentur bahkan sampai muncul lebam, ia akan tahu bahwa kegiatannya itu bisa menimbulkan bahaya. Tapi bukan berarti karena ia sudah sadar akan perilakunya, lalu ia menghentikan dan tak mau lagi memutar-mutarkan badan. Kalau tak sampai cedera parah atau bengkak bahkan menangis lantaran sakit, boleh jadi ia tetap akan mengulang lagi perilaku akrobatiknya ini. Ia tak punya rasa takut, kapok, bahkan rasa ingin tahu serta eksplorasinya makin tinggi.
Perhatikan keamanan di sekeliling
Untuk usia batita, gerakan-gerakan fisiknya yang makin kompleks ini belum diimbangi dengan kontrol keseimbangan yang baik. Alhasil, risiko kecelakaan seperti terbentur, terjatuh, terpeleset, memar, dan bengkak mungkin saja terjadi. Lantaran itu, untuk meminimalkan risiko cedera atau tak mengundang bahaya, sebaiknya perhatikan keamanan di sekeliling ruang eksplorasi si kecil. Geserkan atau pindahkan meja kursi di area tempat ia memutar-mutarkan badan, atau sediakan matras kala ia mencoba koprol, berguling-guling, atau membalikkan badannya. Bisa juga menyediakan guling, bantal sehingga ketika ia berguling-guling, jatuhnya tepat di tempat yang tidak keras atau lunak.