Ekspresikan Gemas Secara Wajar

By Ipoel , Selasa, 9 April 2013 | 05:00 WIB
Ekspresikan Gemas Secara Wajar (Ipoel )

Jika orang dewasa kerap mencium, memeluk, mencubit, atau menggelitiki anak, yang menjadi “korban” wajar kalau sampai menyimpulkan bahwa ciuman atau pelukan tidak lagi menjadi hal yang menyenangkan, bukan wujud rasa sayang, dan tidak memberikan rasa aman. Padahal, orang yang melakukan itu tak bermaksud menyakiti. Nah, belajar dari pengalaman buruk tersebut, terang saja jika si kecil jadi enggan dicium dan dipeluk oleh kedua orangtuanya. Membuatnya kembali percaya bahwa pelukan dan ciuman merupakan ekspresi kasih sayang bisa makan waktu lama jika anak telanjur trauma. Jadi sebenarnya ungkapan perhatian dan rasa sayang seperti ini boleh-boleh saja, akan tetapi jangan  dilakukan berlebihan yang akan membuat anak jera.

Trauma akibat “disakiti” membuat anak ketakutan apalagi jika bertemu kembali dengan orang yang menyakitinya. Boleh jadi, ketika bertemu kembali, ia menunjukkan reaksi tegang dengan memegang erat ibu atau ayahnya, menyembunyikan wajah, tampak gelisah, bahkan akhirnya menangis. Ekspresi itu menunjukkan ia  merasa tidak aman dan nyaman. Terhadap orang asing yang mencoba bersikap akrab, tentunya ia  akan jaga jarak dulu dan bersiap-siap kalau-kalau ia diperlakukan sama seperti pengalaman sebelumnya. Padahal, mungkin orang tersebut tidak ada niat untuk mencubit pipi, menggelitiki, memeluk atau menciumnya, tetapi hanya ingin tahu nama atau menyapa, misalnya.

Faktor emosi si batita pun bisa menjadi tidak stabil karena suasana nyaman yang awalnya terbangun, terpecahkan oleh "perilaku" orang lain yang secara tak sadar justru membuatnya tak nyaman. Ujung-ujungnya hal ini bisa mengganggu kemauannya untuk bereksplorasi, berinteraksi sosial, bermain, mengembangkan kreativitas, dan sebagainya.  

Pada tahap selanjutnya ia menjadi kurang percaya diri, tidak percaya pada lingkungan, mood-nya sering berubah menjadi negatif karena muncul rasa benci, kesal, marah akibat diperlakukan tak menyenangkan. Nah, masalah lainnya, orangtua terkadang seolah mendukung apa yang dilakukan orang lain tersebut terhadap diri si kecil. Padahal sebenarnya anak ingin berlindung pada orangtua.

Tolak Dengan Halus

Sikap spontan orang dewasa pada anak batita itu memang sulit dihindari. Anak yang kelihatannya lucu tentu membuat kita gemas. Lalu, bagaimana cara mengantisipasinya agar tidak berdampak negatif pada si kecil? Mau tak mau kita mesti mewaspadai atau menjaga jarak begitu melihat orang lain yang tampak gemas pada si kecil. Coba alihkan keinginan orang itu menjawil pipi si kecil dengan misalnya mengatakan, "Eh Sayang, Tante ini mau salaman sama kamu, ayo salamnya bagaimana?"

Kalaupun si kecil mulai merasa tak nyaman dan rewel, bilang pada orang itu, "Oh Tante dia maunya dibelai, enggak mau dicubit-cubit."  Jadi kitalah yang  memberi tahu orang itu secara halus untuk tidak mencubit, menggelitik, dan menggoda model lainnya karena si kecil tak menyukai hal tersebut. Umumnya orang itu akan menyadari kekeliruannya dan mungkin menyampaikan permintaan maaf. "Oh maaf ya Sayang, Tante mencubit terlalu keras ya, jangan nangis ya. Maafkan Tante." Kalau orang tersebut tetap tampak melampiaskan kegemasannya, sebaiknya segeralah beranjak dengan alasan seperti, "Eh Nak, waktunya makan siang ya. Yuk pulang dulu. Dadah sama Tante ya, bilang mau pulang dulu ya Tante." 

Orangtua memang perlu mengantisipasi dampaknya, sehingga jangan sampai si kecil tak mau berinteraksi gara-gara takut atau trauma akibat dicubit, digelitiki, dan sebagainya. Lantaran itu, ungkapan rasa gemas sebaiknya tidak terlalu ekspresif sehingga bisa menyakiti si kecil, tapi tunjukkan dalam bentuk belaian, usapan, atau sekadar senyuman dan kata-kata. Misalnya, "Aduh lucunya kamu. Tante suka deh sama rambutmu yang kriwil-kriwil." Dengan cara yang tidak berlebihan seperti itu, anak dan orangtua dapat menangkap kesan bahwa segala sesuatunya berjalan terkendali sehingga aman dan nyaman. Perkembangan psikis si batita pun tidak terganggu karena ia tetap merasa aman, nyaman, terlindungi, dihargai dan bisa percaya diri karena emosinya stabil. Selain itu orangtua juga perlu memberi rasa tenang pada si batita bahwa orang yang hendak berinteraksi dengannya itu dapat memberikan rasa aman dan nyaman serta dapat dipercaya. Beri tahu bahwa orang itu hanya mau mengenal namanya. Dengan begitu si kecil yakin orang itu takkan melakukan sesuatu yang menyakitkan hanya karena gara-gara gemas.