4 Tip Agar Anak Mau Bekerja Sama

By Ipoel , Selasa, 11 Agustus 2015 | 08:00 WIB
4 Tip Agar Anak Mau Bekerja Sama (Ipoel )

 Tabloid-Nakita.com - Punya anak yang sulit diatur. Ini cara agar anak mau bekerja sama:

1. Bermain pura-pura.

Seorang anak yang menolak mengenakan sepatu sangat mungkin akan bersedia mengalah jika orangtua bermain pura-pura tengah berada di sebuah toko sepatu. Jejerkan beberapa pasang sepatu yang jelas-jelas bukan ukuran kakinya namun mintalah anak untuk mencobanya, “Ayo Tuan silakan coba sepatu yang ini.” Setelah beberapa kali tergelak karena ternyata tidak ada sepatu yang cocok, anak pasti akan senang ketika akhirnya “menemukan” sepatunya yang pas. Lakukan permainan serupa dengan jenis “toko” yang berbeda ketika memakaikan baju atau saat jam makan tiba. Memang sih butuh waktu dan energi ekstra disamping kreativitas dari orangtua. Akan tetapi hasilnya akan lebih ampuh ketimbang melakukannya dengan paksaan.   

2. Berlomba sambil bermain.

Bersiaplah untuk selalu bermain. Misal, dengan mengadakan ajang kontes mencuci tangan “Siapa yang dapat menghilangkan busa sabun paling cepat?”, atau “Siapa yang selesai pakai kaus kaki duluan?” Bisa juga lomba siapa yang paling banyak mengumpulkan “harta karun” berupa mainan yang harus dirapikan/dikembalikan ke keranjang mainan, dan sebagainya. Karena menyenangkan sekaligus mengasyikkan, tanpa sadar anak “dikerahkan” untuk melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya.   

3. Mainkan peran tokoh favorit.

Keramas akan lebih menyenangkan bila si Big Bird yang menuangkan sampo. Begitu juga “kancing” sepatu tidak repot merekatkannya kalau si Gajah Dumbo yang membantu merekatkan velcro-nya. Dengan menyertakan peran tokoh favorit anak dari buku atau televisi, orangtua akan lebih mudah menyelesaikan tugas-tugasnya, yang sulit sekalipun. Lagi-lagi di sini dituntut kreativitas dan kesediaan orangtua yang tidak gampang menyerah.

4. Ajak “bertaruh”.

Siapa pun pasti senang memenangkan taruhan. Hanya saja trik ini dianjurkan khusus untuk batita akhir. Ajukan tantangan, “Yuk, kita balapan. Kira-kira Adek bisa enggak ya pakai sepatu lebih cepat dari Ibu.” Tantangan semacam ini akan membuatnya bergerak lebih cepat menyelesaikan tugas yang sama namun dilakukan tanpa omelan, keluhan, ancaman, permohonan, pemaksaan atau bahkan teriakan. Bagi anak, tantangan ini menjadi dorongan tersendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu melakukannya. Anak pun akan berusaha sekuat tenaga bahwa “tebakan” orangtuanya salah. Bisa juga tantangan ini divariasikan dengan menggunakan musik/penanda lain semisal alarm. Contoh, “Taruhan yuk, makanmu sudah selesai belum ya sewaktu alarm berbunyi.” Atau dengan menghitung mundur bila anak sudah bisa membilang, “Empat, tiga, dua, satu, selesai!”

Hal penting yang patut diingat dalam permainan ini, biarkan anak menang, bahkan bila itu berarti ia mengenakan sepatunya begitu lambat. Tanpa membiarkannya mendapat kepuasan menang, kali lain anak pasti tidak akan memberi respons terhadap tantangan yang kita berikan. Yang tidak kalah penting, jangan pernah menyedikan bayaran berupa uang, berapa pun jumlahnya, dalam permainan ini, selain semata-mata agar anak merasakan kepuasan tampil sebagai pemenang. Kita sama sekali tidak ingin mengajarkan si batita mulai berjudi, bukan? Apakah anak mau bekerja sama?