Tabloid-Nakita.com - Batita umumnya susah diatur. Ini cara agar batita mau bekerja sama :
1. Ciptakan lirik lagu yang menggelitik.
Tak perlu menjadi artis/penyanyi terkenal untuk menghibur anak. Asal kreatif, lirik lagu karangan sendiri pun bisa diandalkan. Contoh, “Ibu mau cuci gajah agar keluar dari rambutmu.” Atau “Beginilah cara kita memakaikan baju pada si kaki.” Semakin tidak masuk akal dan kocak lirik lagu yang kita karang akan semakin gampang teralihkan perhatian si batita. Gunakan lagu kocak dan tidak masuk akal yang sama setiap kali harus melakukan aktivitas yang tidak disenangi oleh anak. Dijamin anak begitu ingin mendengarkannya lagi dan lagi, sehingga acara mencuci rambut, memakai baju, dan aktivitas lain yang selama ini membuat orangtua kewalahan akan dilakukan si batita tanpa banyak kerewelan. Kalau anak terlihat bosan dengan syair lagu yang itu-itu juga, panjangkan akal untuk menggubah lagu lain.
2. “Manfaatkan” kesalahan orangtua.
Sebagai seorang anak kecil yang selalu diperintah dan diatur-atur, tak ada hal yang lebih menyenangkan anak daripada menunjukkan kesalahan pada cara yang dilakukan orangtua. Tujuan permainan ini tak lain memberi kesenangan pada si batita, sementara orangtua juga mendapatkan kepuasan tersendiri atas kepatuhan yang ditunjukkan anak. Misal, ketika kita ingin agar si batita minum susunya, katakan saja, “Wah... enak banget nih. Ini susu Mama ya? Mama mau minum susu ini, ah.”
Begitu juga saat kita sudah menyiapkan air hangat untuk mandi namun anak malah menolaknya. Katakan, “Asyik Papa mau mandi,” lalu lanjutkan seolah-olah kita akan nyemplung ke dalam bak mandinya dengan pakaian lengkap. Anak pasti akan senang mendapatkan kesempatan mengoreksi kesalahan-kesalahan orangtuanya. Bukan tidak mungkin ia akan langsung protes, “Mama, itu susu aku!” Atau “Jangan Yah, itu air mandi aku.” Anak pasti akan menikmati kekonyolan situasi semacam itu sementara orangtua pun lega manakala anaknya segera mengambil cangkir dan meneguk habis susunya ataupun tak buang waktu lagi minta dimandikan.
3. Menyelamatkan situasi dengan permainan konyol.
Dalam permainan ini orangtua justru bersikap kocak di saat kejengkelan akan meletus. Umpama, berpura-pura memakaikan kaus kaki dan jaket pada si Bleki, anjing peliharaan, ketika anak menolak mengenakannya saat kita sudah sekian lama membujuknya. Permainan jenaka ini pasti akan membuahkan gelak tawa, disamping membuat anak terusik untuk segera mengambil kembali apa yang menjadi miliknya. “Jangan dikasihkan si Bleki. Ini jaket aku!”
4. Pasang mimik jenaka.
Sebenarnya tidak sulit untuk menghibur seorang bocah batita. Pipi yang digelembungkan, mulut yang dikerutkan atau dimonyongkan, lidah yang dijulurkan, dan sebagainya, merupakan strategi ampuh. Lakukan berbagai improvisasi untuk membuat anak tertawa dan melupakan apa yang sedang ia tolak.
5. Menirukan suara-suara aneh.
Suara-suara aneh dan tidak terduga, semisal suara berat dan rendahnya si badut atau suara terjepit seperti cicit tikus biasanya mampu mengalihkan perhatian anak cukup lama. Dengan demikian orangtua punya kesempatan untuk menyelesaikan tugas yang sulit sekalipun. Jadi, kalau kita berbakat menirukan suara klakson, sirene, suara aneka hewan, dan sebagainya, kenapa tidak mengerahkan bakat tersebut untuk “melengahkan” anak dan membuatnya menuruti apa yang kita inginkan dari dia? Jikapun tak punya bakat, yakin deh, peniruan tersebut tetap bisa kita lakukan, kok. Meski tidak sesempurna yang berbakat, namun tetap mampu membuat si kecil “terpukau”.