Hibur Anak Dengan Bijak

By Ipoel , Rabu, 5 Desember 2012 | 21:00 WIB
Hibur Anak Dengan Bijak (Ipoel )

"Aduh kasihan anak Mama. Sakit ya, Sayang? Sini Nak Mama sembuhin." Isi kalimat ini sebetulnya "biasa-biasa" saja dan tepat digunakan untuk menghibur anak batita yang tengah merasa sakit. Akan menjadi tidak biasa dan sama sekali tidak disarankan bila kalimat penghiburan ini disertai dengan kehebohan berupa ekspresi panik berlebihan yang tidak pada tempatnya. Anak hanya lecet di siku tapi orangtua memarahi pengasuh yang menjaganya bak kejadian perang dunia. Atau, anak masih bisa berjalan gagah seperti biasa, orangtua langsung membopongnya ke rumah sakit untuk menjalani scan kepala.

Yang Sebaiknya Dilakukan:

Bersikaplah sewajarnya. Kalau memang kondisi anak parah, pantas saja orangtua panik meskipun hendaknya berusahalah bersikap tenang. Mengapa? Tak lain karena masalah apa pun yang dihadapi dengan kepanikan justru akan mendatangkan masalah berikutnya.

Lagi pula, sikap berlebihan yang ditunjukkan orangtua akan  dimanfaatkan oleh anak. Ia lebih suka dilayani dan enggan berupaya sendiri untuk keluar dari masalahnya. Anak jadi kelewat bergantung pada orangtua, manja, cengeng, dan gampang menyerah.

Nyukurin

Ucapan,"Rasain jatuh! Terus aja lompat-lompat biar jatuh lagi!" semestinya tak sepantasnya diucapkan orangtua. Selain menunjukkan sarkasme, menyukuri anak batita secara negatif menunjukkan ketidakpahaman orangtua mengenai perkembangan anaknya sendiri. Anak malah bingung menangkap makna dari kalimat sindiran yang diucapkan orangtua. Tanbah lagi sikap menyalahkan anak dengan ekspresi kemarahan akan membuat harga diri anak runtuh. 

Yang Sebaiknya Dilakukan:

Kalau mau menasihati anak, sampaikan secara langsung dengan kalimat sederhana yang bisa dimengerti olehnya. Selain itu gunakan bahasa yang ber­tatakrama agar anak pun tumbuh menjadi individu yang punya tatakrama pula.