Mencari Kambing Hitam

By Ipoel , Kamis, 29 November 2012 | 21:00 WIB
Mencari Kambing Hitam (Ipoel )

"Uh... kursinya nakal ya bikin Adek jatuh!" Atau, "Wah... kodoknya lompat sih, makanya Adek kesandung!" Cukup sering bukan kita mendengar sekaligus menyaksikan atau bahkan melakukan kebodohan semacam itu kala berusaha menghibur si kecil yang terjatuh?

Padahal, tindakan ini sungguh salah! Tak lain karena efeknya akan menjadikan anak tumbuh sebagai sosok yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Kelak anak akan selalu berusaha mencari pembenaran diri dan cenderung menyalahkan lingkungan sekitarnya. Saat bersekolah, setiap kali nilai ulangannya jelek, anak akan menuduh gurulah yang menjadi penyebabnya. "Pak guru sih ngasih tahu ulangannya mendadak. Jadi, aku kan enggak sempat belajar." Atau, "Bahannya susah banget. Aku udah belajar tapi tetep aja enggak ngerti."

Yang Sebaiknya Dilakukan:

Tanyakan kepada anak bagaimana kondisinya dan pastikan lukanya tidak seberapa, kemudian sampaikan kebenaran apa adanya kepada anak, dalam hal ini apa yang menyebabkannya terjatuh, “Oh... karpetnya agak tergulung nih, makanya Adek jadi kesandung." Atau, "Adek kurang hati-hati, ya. Di sini kan ada kursi, Sayang. Kamu enggak lihat ya?"

Agar anak belajar bagaimana mengantisipasi suatu kejadian, sebaiknya sampaikan pula apa yang semestinya ia perbuat. "Yuk, karpetnya kita rapikan supaya enggak ada yang tersandung lagi." Atau, "Lain kali Adek jalannya sebelah sini ya karena di sebelah sana kan ada kursinya."

Membiasakan anak mengenali apa yang menyebabkannya terjatuh akan sangat membantunya terbiasa berpikir logis dan realistis. Disamping mengajarinya lebih aware terhadap lingkungan.

Pastinya, mulailah membangun kebiasaan baik ini sedini mungkin. Jangan pernah berpikir, "Ah... nanti sajalah kalau dia sudah agak besar. Kasihan sekarang dia masih terlalu kecil." Ingat, apa pun, akan tetap terbawa sampai besar kalau memang sudah dibiasakan sedari kecil. Kalau menunggu sampai si batita sudah besar dikhawatirkan nilai-nilai kehidupannya malah jadi kacau. Setidaknya anak akan bingung, "Lo, kok, sekarang aku yang disalahin padahal dulu kan selalu lingkungan yang disalahin?"