Kiat Atasi Nervous Habit

By Ipoel , Kamis, 4 Oktober 2012 | 22:00 WIB
Kiat Atasi Nervous Habit (Ipoel )

Kebiasan buruk yang berkaitan dengan nervous habit bisa dilakukan oleh anak laki-laki maupun perempuan. Perhatikan apa yang membuatnya gelisah karena mungkin si batita belum lancar mengungkapkan perasaannya secara verbal. Apakah karena pengasuhnya baru? Di playgroup-nya ia merasa tertekan karena ada teman yang menakali? Atau karena ibu yang baru melahirkan adik harus kembali bekerja?

Dengan mengetahui apa sumber kecemasannya, orangtua dapat membantu anak mengatasi perasaannya. Ingat, semua aktivitas tersebut tidak serta merta terjadi. Selalu ada perasaan tidak aman dan tidak nyaman yang mendahuluinya. Nervous habit  jelas harus diatasi agar tidak telanjur menjadi kebiasaan karena dapat merugikan kesehatan dan penampilan. Bayangkan, kebiasaan mengorek-ngorek luka tentunya merupakan jembatan bagi terjadinya infeksi. Selain itu kebiasaan-kebiasaan tadi juga kurang sedap dipandang dan menandakan perkembangan emosi yang terganggu karena kecemasan yang tak tertangani. Diharapkan, si kecil tak lagi melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri. Berikut Cara mengatasinya:

Kebanyakan nervous habit dilakukan tanpa sadar. Jadi  memarahi atau memaksanya menghentikan kebiasaan tersebut merupakan cara yang sia-sia. Lebih baik alihkan dengan memegang tangan anak secara lembut dan mengajaknya berbicara atau memberinya mainan yang disukainya. Sering-seringlah memeluk si kecil karena kebiasaan buruk ini berangkat dari rasa kurang nyaman dan aman. Upaya orangtua ini perlu dilakukan secara konsisten agar aktivitas kurang baik yang kerap dilakukan berkurang bahkan nantinya hilang.

Terapkan secara bertahap aturan tidak boleh menggigit kuku. Awalnya mungkin bisa dimulai di  meja makan. Setiap kali makan anak tidak boleh menggigit kuku. Pada anak batita memberikan pengertian seperti ini memang sulit, tetapi ia harus dibuat mengerti untuk menjaga agar kebiasaan tersebut tidak meluas sehingga mengganggu orang lain. Kita tetap harus mengawasi supaya kebersihan jari dan kukunya tetap terjaga, dan berusaha untuk mengalihkan perhatian bila keinginan menggigit kuku, menarik rambut, atau mengisap jempol muncul. Ingat, dalam menegakkan peraturan kita tidak boleh menekan dan memaksanya untuk menghentikan kebiasaannya dengan cepat. Memaksa hanya akan membuatnya semakin stres dan kebiasaannya itu akan menjadi lebih kuat. Lakukan pengurangan dan penghentian dengan perlahan sambil tak bosan-bosannya mengalihkan perhatian anak pada aktivitas lain.

Kapan dan di mana pun si batita melakukan kebiasaan negatifnya, kita harus selalu ingatkan, entah dengan menggunakan bahasa tubuh tertentu atau kode kata-kata yang sudah disepakati bersama anak. Pilihan teguran tersebut dapat membantu anak mengurangi kebiasaan negatifnya. Pada saat menyampaikan teguran, bisa juga dengan mengingatkannya bahwa mengisap jempol, menggigit kuku, dan mengorek luka adalah kebiasaan tidak baik karena...jelaskan alasannya dengan bahasa sederhana. Salah satunya karena di balik kuku biasanya ada kuman yang jika masuk ke dalam mulut dapat membuatnya sakit. Berilah penghargaan berupa pujian, usapan di kepala, atau ciuman di pipi setiap kali dia bisa menahan diri untuk tidak melakukan “eksploitasi”. Lakukan secara konsisten.

Pada kasus-kasus tertentu, tapi jarang terjadi, menggigit kuku dapat merupakan reaksi terhadap kegelisahan yang berlebihan. Jika hal tersebut yang terjadi, sebaiknya konsultasikan si batita pada psikolog perkembangan anak atau dokter spesialis anak.Terlebih jika gigitannya sangat kuat sehingga menyebabkan luka dan berdarah, atau ibu jarinya tidak tumbuh sempurna karena terlalu sering diisap.