Pada prinsipnya sejak lahir hingga usia satu tahunan anak berada dalam masa oral. Di rentang usia ini aktivitas dan kepuasan anak berpusat pada mulutnya. Kebutuhan yang mendasar ini berkaitan dengan kebutuhan biologis. Lihatlah bagaimana tenangnya, begitu anak menemukan sesuatu yang dapat diisapnya, apakah itu puting ibunya, jari-jemari, dot botol, ataupun empeng. Berarti dia menemukan kenyamanan dan kenikmatan saat memuaskan kebutuhan oralnya (mengisap).
Sangat mudah mengukur apakah bayi dan anak batita merasa nyaman, karena jika merasa tidak nyaman mereka pasti akan menangis. Bayi yang menangis akan diam ketika diberi ASI dan dipeluk karena aktivitas minum susu ini bisa menghilangkan rasa tidak nyaman yang dialaminya. Bayi yang terpenuhi kebutuhannya secara cukup bisa dibilang siap memasuki fase perkembangan berikutnya di usia batita. Sebaliknya, jika kebutuhan pada masa oral ini tidak terpenuhi secara tepat, maka di tahap perkembangan berikutnya kemungkinan akan muncul perilaku-perilaku seperti yang telah disebutkan di atas, seperti ngemut jempol, menggigit kuku, menggigit rambut, mengulum bibir bawah, dan bahkan menggigit pensil.
Pada fase perkembangan 1-3 tahun, anak yang masih menyimpan kekurangpuasan di fase sebelumnya, akan memanifestasikan hal itu dalam berbagai perilaku seputar mulut. Keinginan melakukan aktivitas dengan mulut terutama muncul ketika ia merasa takut, cemas, ataupun sekadar kurang nyaman. Selain itu, beberapa ahli perkembangan anak menyebutkan, kebiasaan-kebiasaan “eksploitasi diri” muncul akibat rasa takut, tak nyaman, ataupun gelisah yang disebut nervous habit. Selain mengisap jempol, kebiasaan-kebiasaan lain adalah memelintir atau menarik-narik rambut, serta menggeretakkan gigi.
Pengalaman menunjukkan, kecemasan anak batita umumnya muncul ketika adik baru lahir, pindah rumah, punya pengasuh baru, ibu kembali bekerja, atau merasa kurang perhatian. Dengan mengetahui penyebab-penyebab umum ini, orangtua dapat membantu si batita mengidentifikasi kekhawatiran atau kecemasannya.