Kebiasaan menggigit akan berkurang, bahkan hilang dengan sendirinya, jika si anak sudah pandai bicara. Meski begitu, orangtua harus tetap memberikan perhatian kepada anak di fase menggigit ini. Ketika anak menggigit katakan, “Jangan Sayang, itu tidak boleh.” Jika tidak ditegur dan diberi penjelasan, anak tentu merasa perbuatannya tidak salah. Hindari kalimat teguran bernada mengancam, “Awas, kalau menggigit lagi, ibu pukul kamu!” Lebih baik, orangtua meluruskan kebiasaan anak melalui tingkah laku yang baik. Contohnya, tegurlahlah ia dengan berkata, “Kamu boleh bermain, tapi tidak boleh menggigit.”
Bila ayah-ibu sudah menetapkan aturan berupa larangan, tentunya aturan itu harus dikomunikasikan pada anak. Selanjutnya jika anak berperilaku baik, ia perlu diberi penguat positif, misalnya pujian atau pelukan yang bisa memperkuat perilaku positifnya. Namun jika anak tetap menggigit, berlakukanlah sanksi sebagai konsekuensi atau akibat dari perbuatannya. Caranya tentu bukan dengan menyakiti fisik atau batinnya tetapi dengan mencabut sementara waktu hal-hal yang disukainya. Kalau anak minta diajak keliling naik sepeda misalnya, tiadakan acara itu sampai anak terbukti tidak menggigit selama sehari. Penanganan lebih serius oleh ahli mungkin dibutuhkan jika frekuensi menggigit anak cenderung meningkat. Ahli yang akan mencari tahu apa penyebab kebiasaan menggigit pada anak.