Rumah adalah sekolah pertama anak. Supaya kegiatan ini optimal, berikut beberapa hal yang harus dipahami orangtua.
* Ekstrasabar
Anak batita masih dalam fase egonsentris sehingga kerap bertindak semaunya sendiri, ingin selalu diikuti namun sulit atau tak ingin mengikuti, sulit dilarang, dan daya konsentrasinya pun sangat pendek. Dengan daya pemahaman batita yang masih rendah, pengajaran juga terkadang perlu diulang-ulang. Ditambah ulah batita yang suka ngambek, rewel, bahkan mudah marah, kesabaran ekstra memang sangat diperlukan.
* Pahami perkembangan pemampuan anak
Kemampuan anak di setiap usia berbeda. Anak 1 tahun sudah mampu berjalan namun tidak sebaik anak 2 tahun. Si satu tahun juga mampu mengenali gambar burung tetapi pemahamannya tidak sebaik si 2 tahun yang sudah tahu suara dari binatang tersebut. Sama-sama batita, tetapi anak setahun belum bisa menggoes sepeda, berbeda dengan anak 3 tahun yang sudah bisa menggerakkan sepeda sendiri.
Pengajaran yang diberikan mesti disesuaikan dengan kemampuan anak yang dilihat dari tahap perkembangannya itu. Pengajaran yang melebihi kemampuan, akan membuat anak sulit mencerna. Anak 1 tahun belum paham jumlah bilangan tetapi ia sudah bisa diajak menghitung benda yang ada di rumah. Dengan memahami perkembangan kemampuan anak akan membantu orangtua dalam memberikan pengajaran yang tepat.
* Ciptakan kreativitas.
Supaya pengajaran di rumah menarik minat anak, orangtua harus kreatif menciptakan suasana menyenangkan, kreatif memunculkan pola pengajaran yang menarik, dan kreatif mencari ide-ide apa saja yang ingin diajarkan kepada anak. Ketika kita ingin mengenalkan seberapa jauh jarak antara pintu gerbang rumah dengan pintu ruang tamu, ajak anak bermain lompat. Melompatlah secara perlahan, boleh sambil bermain dan bernyanyi. Kemudian minta ia menghitung langkah demi langkah. Setelah selesai minta anak mengingat, berapa langkah jarak antara pintu gerbang dengan pintu ruang tamu. Untuk membandingkan lebih jauh mana dengan jarak antara pintu ruang tamu dengan ruang dapur, kita ajak anak melompat kembali. Lalu bandingkan, mana yang lebih jauh.
* Bersungguh-sungguh.
Mengajari anak sambil bermain boleh-boleh saja selama dilakukan secara sungguh-sungguh, ikhlas, dan sepenuh hati. Tidak bisa dilakukan dengan malas-malasan, tidak bersemangat, asal-asalan, karena manfaatnya pun tidak maksimal. Carilah waktu yang tepat dimana kita dan anak berada pada kondisi siap. Apakah pagi hari selesai sarapan, sore hari setelah bangun tidur siang, atau malam hari sebelum anak beranjak tidur. Kesungguhan bukan berarti orangtua butuh modul pembelajaran seperti di sekolah. Yang penting ya itu tadi bersungguh-sungguh dan memiliki keinginan kuat demi memberikan pendidikan yang baik terhadap buah hati.