Mengenalkan Tuhan

By Ipoel , Senin, 30 Juli 2012 | 23:00 WIB
Mengenalkan Tuhan (Ipoel )

Bagaimana cara mengenalkan konsep Tuhan pada anak? Anak 2-7 tahun sedang berada pada fase pra-operasional. Begitu ujar Jean Piaget, filsuf juga psikolog perkembangan kelahiran Swiss. Artinya untuk memahami sesuatu, si batita masih membutuhkan sesuatu yang konkret. Tetapi tak perlu khawatir, dengan penjelasan yang tepat, ia sebenarnya mampu membayangkan sesuatu yang abstrak; sesuatu yang tidak ada di hadapannya. “Kala bermain petak umpet, anak batita memahami kalau kita tidak ada (saat itu) tetapi sebenarnya ada,” ujar Dwi Pujiastuti, trainer ESQ for Kids.

Hal ini menguatkan asumsi, bahwa meski tidak melihat secara langsung, anak-anak 1-3 tahun sudah bisa merasakan keberadaan sosok/hal-hal yang tidak terlihat namun sebenarnya ada (contoh orang yang tengah bersembunyi tadi). Sama halnya ketika kita mengenalkan konsep Tuhan pada batita. Walau ia tak dapat melihat-Nya, kita bisa membuatnya merasakan keberadaan Yang Maha Kuasa.  Bedanya, sosok/benda telah sering dilihat anak, sementara Tuhan sama sekali ia belum pernah melihatnya. Untuk itu, saran Dwi, kenalkan konsep Tuhan dengan memberi contoh berbagai hasil ciptaan-Nya. Pengenalan ini kelak akan membuatnya lebih menghargai kebesaran Tuhan lewat ciptaan-ciptaannya, mudah bersyukur, serta lebih rajin beribadah. Mengenai contoh cara mengenalkan konsep Tuhan pada batita, Dwi membeberkannya sebagai berikut: 

Ajak anak bermain petak umpet. Dimulai dengan kita yang bersembunyi, lalu baru dia ganti bersembunyi. Tanyakan dimana kita tadi bersembunyi. Ketika ia sanggup menunjuk tempat persembunyian tersebut,  itu berarti si kecil mulai memahami bahwa ada konsep hilang dan muncul. Konsep ini akan menjadi modal dasar bagi anak untuk memahami sesuatu yang gaib.

Udara misalnya, ia tidak melihat wujudnya tetapi bisa merasakannya. Tiuplah tangan, rambut, wajah, atau bagian tubuhnya yang lain. Jelaskan padanya jika itu adalah udara yang kita tiup. Memang udara tidak bisa dilihat tetapi kita bisa merasakannya. Cara lain adalah dengan memanfaatkan momen membuat kue. Minta anak untuk memerhatikan meja yang awalnya “kosong”, hanya ada terigu, mentega, dan telur. Kemudian setelah kue jadi minta ia melihatnya lagi. “Tadi kuenya tidak ada, sekarang ada.” Kedua contoh ini akan menggambarkan kepada si batita  bahwa sesuatu yang tidak terlihat belum tentu tidak ada. Seperti udara, tidak terlihat tapi kita tetap bisa merasakannya. Kue, yang sebelumnya tidak ada, menjadi ada berarti ada yang menciptakannya. 

Saat berjalan-jalan, ke gunung, pantai, hutan, danau, atau air terjun, jelaskan pada anak bahwa pemandangan yang sangat indah tersebut adalah ciptaan Tuhan. Tak perlu terlalu panjang saat menjelaskan, karena tujuan kita hanya mencoba mengenalkan. Perkara si batita memahami atau tidak, bukan masalah yang besar. Matahari, bulan, bintang, awan, hujan, binatang, pepohonan, jadikan juga semuanya itu sebagai jembatan penerangan untuk anak mengenai konsep Tuhan. Dengan sesuatu yang terlihat konkret, besar, ajaib, megah, akan menimbulkan persepsinya  terhadap Sang Maha Pencipta. 

Perlakukanlah anak dengan penuh cinta. Cinta yang kita curahkan akan membentuk jiwa anak secara positif sehingga ia pun akan memandang dunia dengan cara yang sama yakni dengan penuh cinta. Kondisi ini akan memudahkan anak memahami arti cinta yang dilimpahkan Sang Maha Pemberi.  “Mama sangat sayang sama Adek, Tuhan juga sayang sama Adek!”  

Cerita tentang alam semesta, makhluk laut, tumbuhan di padang pasir, bisa kita gunakan untuk mengenalkan konsep Tuhan. Penuturan cerita dengan cara yang menyenangkan akan membuatnya tertarik. Ketertarikan akan membuatnya fokus sehingga ia akan lebih mudah memahami keberadaan Tuhan.

Berdoa ketika akan makan, hendak tidur, kala menerima hadiah, atau ingin bepergian akan semakin mendekatkan diri si kecil pada-Nya. Gunakanlah kata-kata sederhana, “Alhamdulillah, Engkau memberiku makanan!”

Bersyukur adalah bentuk dari rasa terima kasih manusia  kepada Tuhan. Ajak anak bersyukur ketika sembuh dari sakit, ketika mendapatkan makanan, ketika mendapatkan hadiah, dan lainnya.