5 Langkah Batita Berani Dan Mandiri

By Ipoel , Selasa, 1 Oktober 2013 | 02:00 WIB
5 Langkah Batita Berani Dan Mandiri (Ipoel )

Secara garis besar, latihan keberanian dan kemandirian bisa berjalan secara simultan. Langkah yang sama diharapkan bisa menghasilkan 2 hal positif itu sekaligus. Namun orang tua sebaiknya menyadari, tidak ada sesuatu yang serba instan, melainkan semuanya butuh proses. Apa saja yang harus dilakukan? Berikut di antaranya:

1.       Tumbuhkan basic trust  

Basic trust ini sebenarnya sudah terbentuk sejak anak masih bayi. Namun setelah batita pun, orang tua sebaiknya memberikan respon yang positif terhadap kebutuhan anak. Dengan begitu anak akan merasa aman (secure) dalam kehidupannya. Anak yang merasa aman, pada gilirannya lebih berani mengadapi tantangan yang ada di depannya, sekaligus lebih mandiri dalam menyelesaikan persoalan.

2.       Beri contoh konkret

Orang tua yang cenderung mempunyai kepribadian tertutup, tidak pernah melakukan sesuatu yang baru, tidak pernah mencoba tantangan, sebaiknya tidak mengharapkan anak batitanya tumbuh menjadi pribadi yang berani dan mandiri. Contoh yang paling gampang adalah orang tua ingin mengajari anaknya berenang, namun ia sendiri takut masuk air, bagaimana mungkin hasilnya bisa maksimal? Beri anak contoh dengan perbuatan nyata, bagaima seharusnya bersikap berani dan mandiri itu. Dengan demikian anak mempunyai gambaran dan lebih mudah untuk ditirunya.

3.       Letakkan batasan dengan tepat

Larangan yang diberikan pada anak haruslah disertai alasan yang logis. Misalnya saat anak berlatih keberanian dengan bermain di luar pagar rumah, sebaiknya orang tua tidak menakut-nakuti dengan hal-hal yang tidak bertanggung jawab, dengan mengatakan kalau main di luar akan digigit anjing, bertemu hantu dan sebagainya.

4.       Beri kepercayaan pada anak

Berikan kepercayaan pada anak bila dirasa sudah sanggup melakukannya. Misalnya anak ingin menaruh sendiri piring yang habis dipakainya untuk makan di dapur, orang tua sebaiknya memberi kepercayaan untuk melakukannya. Jangan takut anak memecahkan piring tersebut, karena piringnya mahal dan sebagainya. Dengan memberikan kepercayaan pada anak untuk melakukan sesuatu sendiri, di saat yang sama anak berlatih kemandirian dan keberaniannya.

5.       Jangan beri stimulus yang terlalu banyak

Tahapan yang dilalui anak berkembang setingkat demi setingkat. Untuk itulah perlunya pengertian dari lingkungan, bahwa stimulus yang diberikan pun hendaknya sesuai dengan perkembangan anak. Too much too soon stimulations, pada akhirnya hanya akan membuat anak bingung dan kehilangan keberaniannya melakukan sesuatu. Anak akan berpikir dari pada melakukan semua hal yang diminta orang tua dan akhirnya salah karena terlalu banyak perintahnya, kemudian dimarahi, lebih baik tidak usah melakukannya sama sekali.