Tabloid-Nakita.com - Parenting bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan banyaknya informasi yang didapat dalam berbagai versi. Pada akhirnya, setiap orangtua memang punya cara masing-masing, berdasarkan insting, pengalaman, dan saran dari orang-orang yang dipercaya.
Namun, pada dasarnya ilmu pengetahuan pun “menawarkan” banyak ilmu tentang pengasuhan, terutama yang berkaitan tentang kesehatan anak-anak. Berikut ini adalah 10 penemuan kesehatan anak selama 2015 yang harus Mama tahu:
1. Membaca dapat mengubah otak anak
Orangtua dan dokter anak nampaknya sudah mengetahui bahwa membaca mempunyai banyak manfaat bagi anak-anak. Dan di tahun 2015, untuk pertama kalinya para ahli membuktikan, bahwa membaca dapat mengubah otak dan juga menambah wawasan.
Dengan menggunakan MRI, peneliti melihat ke dalam otak anak yang berusia 3 - 5 tahun dan menemukan bukti nyata, bahwa anak-anak prasekolah yang membaca akan mengaktifkan bagian otak mereka yang akan membantu dengan penggambaran mental dan pemahaman narasi. Kedua hal tersebut sangat penting untuk pengembangan bahasa dan aksara. Jadi, mari biasakan anak membaca.
2. 75% orangtua salah dalam mengatur kursi mobil
Semakin banyak orangtua yang peduli tentang keamanan car seat, dan tak bisa dipungkiri bahwa ini adalah hal baik. Tapi, sebuah penelitian di Januari menemukan, bahwa sebagian besar orangtua masih salah mengikuti saran tentang berapa lama anak-anak mereka harus duduk di rear-facing car seat (menghadap belakang).
American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa orangtua harus menjaga balita di rear facing car seat sampai usia 2 tahun atau sampai mencapai tinggi dan berat badan untuk rear facing seat.
Namun, para peneliti justru menemukan mayoritas orangtua mengubah kursi anak-anak mereka dengan front facing car seat (menghadap depan) lebih cepat dari yang dianjurkan. Bahkan, seperempat dari mereka mengubahnya sebelum anak mereka berusia 1 tahun
3. Anak-anak harus mengurangi makan pizza
Penelitian yang dipublikasikan di 2015 menemukan, bahwa pizza berkontribusi pada konsumsi garam, kalori dan lemak jenuh berlebih pada anak.
Para peneliti juga menemukan, bahwa sekitar 20% anak anak dan remaja yang menyantap pizza, mereka cenderung makan makanan yang lebih banyak mengandung garam, kalori dan lemak jenuh.