Anak-anak Seperti Ini Berisiko Alami Gangguan Bipolar

By Ipoel , Senin, 24 Agustus 2015 | 10:00 WIB
Anak-anak Seperti Ini Berisiko Alami Gangguan Bipolar (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com – Dalam sebuah seminar yang digelar Eugenia Communications beberapa waktu lalu, salah seorang pembicara, dr Ashwin Kandouw, SpKJ punya pengalaman menarik. “Bapak saya yang psikiater berpesan, kalau nanti mau kawin, jangan pilih pasangan yang punya gangguan psikotik.” Dr Ashwin mulanya mengikuti saran itu. “Tapi lama-lama capek juga karena harus menelusuri riwayat kesehatan calon pasangan, sehingga akhirnya saya abaikan saran itu,” ungkapnya sambil terkekeh. “Sebab, gangguan jiwa tidak hanya ditentukan faktor keturunan tapi juga faktor lain.”

Hal yang sama berlaku untuk gangguan bipolar, gangguan jiwa yang ditandai dengan perubahan suasana hati. Meski secara riwayat tidak ada keturunan bipolar, seseorang tetap saja berpotensi mengalami gangguan bipolar. Hanya, risikonya menjadi lebih tinggi. Selain keturunan, anak-anak ini juga  berisiko alami gangguan bipolar, mereka adalah:

1. Anak yang Lahir dari Seorang Ibu yang Terserang Flu Saat Hamil

Sebuah riset di Amerika mengungkapkan, ibu hamil yang terserang flu empat kali berisiko melahirkan anak dengan gangguan bipolar, ungkap sebuah penelitian dari Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) seperti dikutip sciencedaily.com. Risiko terkena gangguan bipolar akan mencapai empat kali jika ibu hamil menderita flu, namun akan lebih tinggi lagi jika flu menyerang pada tiga bulan kedua atau ketiga kehamilan.

Untuk itu, saat terserang flu, segera atasi dengan mengonsumsi nutrisi bergizi, cukup istirahat, dan banyak makan buah dan sayur sebagai multivitamin alami, sehingga gangguan flu bisa diusir. Risiko anak mengalami bipolar pun dapat diminimalkan.

2. Anak dengan Karakter Lemah dan Tertutup

Menurut dr Natalia Widiasih, SpKJ, psikiater Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, karakter atau kepribadian anak berperan dalam terjadinya gangguan kejiwaan. Semakin lemah serta tertutup anak, semakin besar peluang mengalami gangguan kejiwaan seperti bipolar.

Tugas orangtualah untuk menjadikan anak agar memiliki karakter kuat dengan mengajarkan kemandirian, mengasah kepercayaan diri, melatih kemampuan mempertahankan dirinya sendiri, serta mengenalkan pemecahan masalah (problem solving) sehingga mental anak tidak rapuh.  Selain itu, jalin komunikasi yang hangat dan terbuka, lalu biasakan untuk setia mendengarkan setiap curhatan anak, sehingga anak merasa aman, nyaman, serta mau terbuka bila mengalami permasalahan.

3. Faktor Lingkungan.

Masih menurut dr Natalia Widiasih, SpKJ, risiko bipolar dipengaruhi sejauhmana dukungan lingkungan pada mental anak. Bila dukungan tidak ada serta stres, kesedihan, dan kehilangan yang dialami anak tak juga diatasi, maka risiko anak menderita bipolar semakin besar.  

Untuk itu, saat anak mengalami masalah, kehilangan orangtua, atau rumah tangga orangtuanya berantakan, di sini dukungan lingkungan sangat diperlukan. Galilah setiap permasalahan yang dialami anak, kemudian carikan solusi bila sudah mengganggu suasana hatinya.

Bila orangtua mengalami masalah, entah kehilangan pasangan atau bercerai, jangan putus asa. Tetaplah didik anak hingga percaya dirinya meningkat serta  berikan kasih sayang yang cukup, sehingga anak tidak mudah stres lebih tegar menghadapinya. Banyak sekali kisah seorang single parent yang sukses membesarkan anaknya. Tak sedikit pula anak yang berhasil, meski kondisi rumah tangga orangtuanya berantakan. Dukungan lingkungan pada anak tidak hanya didapat dari orangtua, tapi juga kerabat, saudara, guru, teman, dan lainnya. Semakin banyak dukungan didapat, makin kecil anak menderita gangguan kejiwaan.

4. Anak yang Alami Kekerasan

Anak yang mengalami kekerasan sepanjang hidupnya berisiko besar mengalami gangguan bipolar. Karena itu, terapkan pola asuh penuh kasih sayang, yang mengedepankan disiplin tapi minim kekerasan.