Anak Korban Ejekan, Apa yang Harus Ibu Lakukan?

By Puri, Kamis, 13 Agustus 2015 | 05:00 WIB
Anak Korban Ejekan, Apa yang Harus Ibu Lakukan? (Puri)

Tabloid-Nakita.com - Di usia prasekolah, anak sedang mengalami masa absorbing, yakni masa ketika anak akan meniru lingkungan sekitarnya tanpa berpikir ulang apa yang ia lakukan. Hal ini berhubungan dengan perkembangan otak pada rentang usia ini, yaitu baru batang otak saja yang berkembang pesat dan berfungsi untuk bertahan (survival) dalam berbagai situasi.Alasan yang sama juga berlaku pada perilaku mengejek. Anak bisa belajar mengejek dari mana saja karena anak menyerap semua yang ia lihat dan dengar, serta menirunya tanpa berpikir ulang apa yang sebaiknya ia lakukan. Ia akan mencatat baik-baik dalam ingatannya apa yang dilakukan orang lain, bagaimana orang merespons tindakan orang tersebut, dan menirunya kembali. Jadi, memang sangat mungkin anak mengejek karena memang ikut-ikutan saja, tetapi tidak paham betul apa yang ia lontarkan.Akan tetapi, suatu hari si kecil pulang dan menangis karena ada teman yang mengejeknya. Respons pertama orangtua sudah tentu akan membela anak, itu insting melindungi. Namun, yang lebih penting, bantu anak mengatasi perasaan tidak nyaman yang timbul saat ia diejek. Orangtua dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, “Memang Kakak diejek seperti apa? Menurut Kakak, ejekan itu betul?” Biarkan anak menjawab sesuai pemahamannya, lalu bantu anak mengenali apa yang ia rasakan dan beri tahu apakah perbuatan itu baik/tidak.Sebenarnya, saat anak menerima ejekan dari teman, secara tak langsung akan membantu melatih perkembangan emosi anak di otak. Dalam masa perkembangan emosi, anak mendapatkan pengalaman rasa kesal, marah, sedih (tidak nyaman) sehingga amygdala pada otak  (pusat emosi cemas, marah, senang) yang berada pada limbic system anak akan terlatih dengan mengenal emosi tersebut.Namun, tetap bantu anak menenangkan dirinya dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan di atas sehingga anak merasa lebih nyaman.  Bisa juga dengan cara mengalihkan perhatian anak terhadap situasi yang membuat anak tidak nyaman kepada situasi atau hal-hal yang disukai anak. Cara ini dapat meningkatkan high frustration tolerance anak alias daya tahan terhadap stres yang baik.