Ini Jenis Berbohong yang Baik Bagi Anak

By Ipoel , Kamis, 11 Juni 2015 | 08:00 WIB
Ini Jenis Berbohong yang Baik Bagi Anak (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Anak suka berbohong? Pada awalnya Anda tak yakin dengan kisahnya tentang ayah yang terasa ganjil. Kemudian, ia bisa melanjutkan ceritanya dengan begitu detail. Namun di sisi lain, Anda dapat merasakan bahwa ceritanya itu tidak sepenuhnya benar.

Kalau anak berbohong untuk menghindari hukuman atau untuk mendapatkan hadiah, mungkin Anda bisa memahaminya. Namun si kecil tampaknya berbohong hampir setiap hari, yang Anda duga untuk mencari perhatian Anda. Ia pun selalu menegaskan bahwa ia tidak sedang berbohong, atau bahwa ceritanya  benar. Pada awalnya hal itu terasa lucu, bahkan kadang-kadang Anda merasa si kecil sangat kreatif dengan ceritanya. Tetapi lama-kelamaan Anda merasa khawatir. Bagaimana kalau ia makin terbiasa berbohong?

Para psikolog mengatakan hal ini memang sering terjadi. "Tidak ada salahnya kalau Anda memberitahunya," ujar Michael Brody, M.D., psikiater anak di Potomac, Maryland. "Anak-anak yang masih sangat kecil tidak tahu perbedaan antara fiksi dan kenyataan."

Malahan, jenis berbohong seperti ini menjadi tanda yang baik bagi anak.

"Anak-anak prasekolah dengan IQ yang lebih tinggi kemungkinannya untuk berbohong lebih besar," kata Angela Crossman, Ph.D., associate professor bidang psikologi di John Jay College of Criminal Justice, New York, yang meneliti mengenai subjek ini. Menurutnya, kebohongan di masa kecil berkaitan dengan keterampilan sosial di masa remajanya.

Tentu saja, tidak semua kebohongan anak merupakan suatu hal yang hanya bisa dijadikan bahan guyonan atau senyuman. Anda tentu ingin membesarkan anak yang menghargai kejujuran, bukan? Namun mengetahui tipe kebohongan yang disampaikan anak pada setiap tahapan usianya, dan apa alasannya, bisa membantu Anda mengarahkan si kecil membiasakan kejujuran sesuai usianya.

Kisah putri Anda tentang ayahnya yang memakai bra adalah tipikal hubungan anak usia 3-5 tahun dengan realitas. Inilah masa di mana anak memiliki teman khayal, kerap melihat monster menakutkan, atau pelangi yang bisa berbicara.

Seorang anak perempuan usia 4 tahun bernama Lucy Sterba dari El Cerrito, California, tahun lalu sempat jadi berita ketika mengaku memiliki delapan kakak-adik khayalan. Ia bisa menyebutkan nama delapan saudarinya itu, lengkap dengan tanggal lahir dan latar belakangnya.

"Saudari-saudarinya itu melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan Lucy, seperti memakai baju warna pink setiap hari," jelas ayahnya, Chris.

Cerita-cerita anak prasekolah bisa jadi murni khayalan, bisa juga sebenarnya merupakan harapannya. Lucy misalnya, berpura-pura saudari-saudarinya tidak perlu makan jamur seperti yang dilakukan Lucy, demikian pengakuan sang ibu.

Wajar pula bila anak-anak balita seperti Lucy merasa bahwa kisahnya itu nyata. "Sebenarnya itu bukan suatu kebohongan. Apa yanh dimaksud anak ketika mengatakan 'itu betulan' adalah cerminan kedekatan, warna-warni, dan pentingnya kehadiran teman-teman khayalnya," ungkap Dr. Berger.

Tetapi apabila kisah-kisah khayalan itu meresahkan Anda, cobalah untuk menjaganya dari sudut pandang yang benar.  "Kalau seorang anak tampak happy-happy saja dan memiliki relasi nyata dengan orang-orang penting dalam hidupnya, saya tak akan mengkhawatirkan fantasinya. Itu yang dilakukan anak-anak sebelum ada TV," tukas Dr. Berger.

Ingatlah bahwa apa yang tampaknya aneh untuk orang dewasa mungkin sekadar merupakan cara anak memproses ide-ide baru. Pada kasus Lucy, saudari-saudarinya mendadak menghilang setelah ia mengetahui   bahwa kakeknya telah meninggal sebelum ia dilahirkan.

Dini Felicitas/Parenting