Tanpa Sadar Orangtua Sering Melakukan Kekerasan ini Pada Anak

By Ipoel , Kamis, 7 September 2017 | 21:45 WIB
Kekerasan pada anak (Saeful Imam)

Tabloid-Nakita.com  - Seorang anak tidak diperkenankan masuk ke rumah dan ditelantarkan selama 1 bulan. Konon, itu dilakukan agar anak disiplin. Maksudnya mendisiplinkan, tindakan itu justru bisa dikategorikan kekerasan pada anak. Yakinlah, kasus seekstrem itu jarang terjadi. Tapi, kasus di bawah ini banyak terjadi dan tanpa disadari, orangtua sering melakukan kekerasan ini pada anak:

1. Penolakan/pengabaian. - Mengatakan pada anak bahwa anak tidak berharga atau tidak diinginkan, atau “Kalau tak mau nurut, gak usah jadi anak Mama!”

- Tidak memberikan kesempatan pada anak untuk memiliki hubungan dekat dengan orangtua, misalnya menolak untuk memeluk, berdekatan atau tidak membalas ketika anak menunjukkan kasih sayang seperti menolak ketika dipeluk.

- Tidak memberikan pendidikan, makanan, dan perawatan yang layak dan teratur pada anak (mengabaikan). Contoh: anak tidak dimandikan atau tidak disediakan makan dengan semestinya.

2. Mempermalukan atau merendahkan. - Mengatakan bahwa anak bodoh, tidak bisa apa-apa, atau terus-menerus menyalahkan/mengkritisi apa yang anak lakukan sehingga anak merasa tidak berharga dan tidak mampu. 

- Hal yang sering kali terjadi namun tidak disadari. Saat anak menangis di tempat umum, orangtua meminta anak berhenti menangis dengan mengatakan, “Udah berhenti nangis, malu-maluin saja, sudah besar masih nangis begitu. Lain kali tak usah ikut, di rumah saja.”

3. Ancaman. - Menuduh, menyalahkan, mengkritisi, menghukum anak dengan mengutarakan konsekuensi yang berlebihan, seperti: ancaman pengabaian, kematian, hal berbahaya atau tidak masuk akal dan menjadikan anak seolah-olah adalah penyebab utamanya. Misal, “Lebih baik Mama mati saja kalau kamu tak bisa menurut.” atau “Papa tinggalin di mobil ya kalau masih nangis.” atau “Gara-gara kamu bandel, kepalaku sakit rasanya mau meledak!”

• Isolasi. - Tidak memberikan kesempatan pada anak untuk bersosialisasi atau bermain.

• Merusak anak. - Melibatkan anak dalam tindakan kekerasan, termasuk dengan sengaja mempertontonkan/menunjukkan adegan kekerasan pada anak.

- Melakukan tindakan yang berdampak pada ketidakstabilan emosi di depan anak, misalnya pertengkaran suami istri di depan anak. 

• Kekerasan psikis yang kerap kali tidak disadari. - Mengabaikan anak untuk bermain sendiri, sementara orangtua asyik dengan gadget masing-masing.

- Orangtua tidak melihat anak ketika berbicara dengan anak atau bahkan menunda menjawab/merespons karena ada pesan yang dirasa lebih penting untuk segera ditanggapi.