Tabloid-Nakita.com. - Di usia balita, ada kecenderungan anak jadi sulit diatur. JIka diminta untuk melakukan ini-itu, jawabannya pasti "enggak mau". Sikap ini sebetulnya terkait dengan masa perkembangannya. Dengan berkata “enggak mau”, sebenarnya anak menunjukkan kemampuan mengungkapkan apa yang diinginkan dan menyatakan penolakannya. Segi positifnya, proses ini penting sebagai bagian pembentukan rasa percaya diri sekaligus sikap asertifnya kelak.
Anak balita juga tengah mengembangkan pemahamannya mengenai hubungan sebab-akibat. Penolakan umumnya diakibatkan pengalaman negatif sebelumnya. Misalnya, ia punya pengalaman dipukul oleh temannya. Suatu hari ia diajak bermain kembali oleh si teman, jadilah ia mengatakan "enggak mau" karena takut dipukul lagi.
Perlilaku berkata "tidak" atau "enggak mau" ini tentu boleh-boleh saja. Apalagi jika si kecil menolak melakukan sesuatu yang memang akan merugikannya. Ia justru perlu dihargai. “Ibu senang Adek menolak es krim dari Tante Evi. Kalau sedang pilek, memang enggak boleh makan es krim dulu,” umpama. Dengan penjelasan ini, anak jadi tahu penolakan seperti apa yang sesuai dengan harapan orangtuanya.
Nah, bagaimana kalau anak bilang "enggak mau" padahal hal itu positif baginya? Tak ada petunjuk yang baku untuk menghadapi hal ini. Yang pasti Ibu dan Ayah perlu bersabar Melihat orangtuanya tidak marah, tenang, dan tetap ramah, mood anak biasanya ikut terbawa menjadi positif. Saat mood anak baik, bujukan orangtua pun akan lebih didengar olehnya.
Lalu cobalah untuk mengarahkan si kecil. Jika ingin melarang anak, buang kata-kata “jangan” atau “tidak” dan gunakan kata-kata positif. Contoh, “Jangan corat-coret tembok,” menjadi, “Yuk corat-coretnya di kertas karton ini saja.”
Selain itu, bantu anak untuk menggali dan mengekspresikan perasaannya secara utuh dalam bentuk verbal. Tujuannya agar anak mempunyai kesempatan dan keterampilan mengutarakan perasaan serta pikirannya secara tepat, tanpa mudah mengatakan kata “tidak”.