Pengenalan Gender (1): Tokoh Panutan

By Ipoel , Rabu, 17 September 2014 | 22:00 WIB
Pengenalan Gender (1): Tokoh Panutan (Ipoel )

TabloidNakita.comPengenalan gender pada anak berbeda dengan pengenalan jenis kelamin.  Mama mungkin terkejut saat mengetahui bahwa jenis kelamin dan gender bukanlah hal yang serta merta sama. Jenis kelamin seseorang secara biologis ditentukan oleh kromosom seks, hormon, organ reproduksi, dan alat reproduksi. Sementara gender lebih mengacu kepada perasaan internal seseorang akan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Gender tidak hanya ditentukan secara biologis, tapi juga oleh faktor-faktor lain, misalnya anggapan masyarakat akan perilaku maskulin dan feminin serta peran laki-laki dan perempuan yang tercermin dalam media dan juga budaya. Keluarga, pola asuh, dan kepercayaan kita, semuanya berperan. Jadi, pengenalan gender pada anak membutuhkan usaha berbeda.

Pengenalan gender pada anak dimulai dari identitas gender—cara kita memandang diri sendiri sebagai laki-laki atau perempuan—seringnya sejalan dengan jenis kelamin kita. Kesadaran itu mulai mengkristal sejak tahun-tahun pertama kehidupan, dan anak-anak biasanya dapat mengidentifikasi diri mereka sebagai anak laki-laki atau perempuan saat berumur 2 atau 3 tahun. Sementara saat berumur empat tahun, gagasan akan peran laki-laki dan perempuan akan menjadi semakin jelas. Ingin tahu lebih banyak soal balita dan gender? Yuk kita baca 5 poin menarik soal apa yang membentuk anak laki-laki menjadi anak laki-laki dan anak perempuan menjadi anak perempuan dalam artikel berikut.    

  1. Pengenalan gender pada anak lewat tokoh panutan

Anak balita memperhatikan semua laki-laki dan perempuan yang tinggal bersama mereka, mengembangkan harapan berdasarkan observasi di usia yang sangat dini. Meski begitu hasil penyerapan mereka akan kebiasaan orang dewasa kaitannaya dengan kenalkan gender pada anak tidak selalu tepat.

Diane Ruble, professor emeritus bidang psikologi dari New York University, mengisahkan seorang balita yang ibunya meminum kopi sementara ayahnya meminum teh. Ia menganggap aturan itulah yang berlaku sampai, dengan sangat terkejut, dia melihat seorang laki-laki meminum secangkir kopi.

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari sini saat pengenalan gender lewat tokoh panutan? Jangan lupa bahwa putra-putri Mama mencatat semua yang mereka amati: Jika Mama menginginkan si kecil mengetahui kalau laki-laki bisa memasak dan perempuan bisa mengecat tembok, mengapa tidak menunjukkan hal tersebut kepadanya.

Apabila di rumah Mama dan Papa menjalankan peran tradisional, dan Mama ingin si kecil memiliki wawasan yang terbuka akan peran gender, kreatiflah dalam menunjukkan kepadanya akan hal tersebut. Cobalah mencari dalam buku-buku, acara TV, dan film sebagian panduan dalam pengenalan gender lewat tokoh panutan, yang memperlihatkan laki-laki dan perempuan dalam peran non-tradisional. Setelah itu Mama bisa menunjukkan kepada si kecil, contohnya, perawat laki-laki dan polisi wanita dan bicaralah hal-hal positif tentang mereka: “Bapak itu mungkin memutuskan untuk masuk ke sekolah perawat karena senang merawat orang lain,” atau “Polisi wanita ini melindungi kota kita dari kejahatan.” Tidak sulit, bukan mengenalkan gender pada anak?

                Itu baru poin pembuka, masih ada empat lagi yang tak kalah menariknya dalam pengenalan gender pada anak.